Share This Article
Assalamualaikum Mom… mama muda yang cantik dan pintar. Sehat selalu, ya Mom.. kita akan membicarkan tentang tumbuh kembang anak.
Menurut kalian, penting tidak sih, membuat kurikulum keluarga? Bagiku sih penting, ya. Karena kita jadi tahu goals kita apa dan perkembangan sesuai usia anak yang didapatkan apa saja.
Jadi, kita tidak semata-mata hamil, melahirkan, lalu hanya dikasih makan, sekolah, setelah itu selesai, istilahnya yang penting hidup. Jangan sampai seperti itu, ya. Jadi, kita pun harus tahu usia berapa anak harus diajarkan mandiri, kapan anak bisa diajarkan bertanggung jawab untuk keluarganya, dan sebagainya.
Peta Tumbuh Kembang Anak
Ternyata sejak anak lahir, mereka memiliki istilah-istilah seperti; usia biji, kecambah, berbunga, dan berbuah. Hingga akhirnya kitalah sebagai orang tua akan memanen saat usianya dewasa. Yuk, kita simak apa saja sih target-target buah hati kita sejak lahir. Apakah sesuai tumbuh kembang anak?
Usia Biji (0-2 tahun) Target: Fisik
Kita patokannya hingga usia akhir ditambah 11 bulan ya. Jadi misalnya, 2 tahun, berarti hitungannya 2 tahun 11 bulan, ya Mom.
Baca Juga: Pengaruh Stunting Terhadap Perkembangan Otak Anak
Fisik: Tidur, main, makan, pakai celana, BAK dan BAB, jalan, bicara.
Sejak bayi, anak dipisahkan kasurnya dengan orang tua, sehingga anak belajar mandiri. Kecuali, ketika ingin mengASIhi baru boleh menjadi satu kasur dengan orang tuanya. Setelah anak kenyang barulah letakkan kembali di kasurnya.
Kenapa tidak boleh dijadikan satu kasur dengan orang tua? Agar anak terbiasa tidur sendiri, tidak ketergantungan dengan orang tua, dan aktifitas kedua orang tuanya tidak diketahui atau dirasakan oleh anak. Paham ya, maksud “aktifitas” orang tuanya, apa?
Lalu untuk main, biarkan anak sesekali bermain sendiri, agar anak dapat mengobati kesepiannya sendiri, apabila sewaktu-waktu kita dipanggil Allah. Untuk makan, ajarkan anak makan sendiri sejak ia MPASI, boleh kita suapkan, tetapi ketika anak finger food, biarkan ia memegang dan mengambil sendiri. Pada usia dua tahun, itulah waktu terakhir anak untuk kita suapi.
Ajarkan anak BAK dan BAB di toilet. Sejak usia 24 bulan waktu yang tepat untuk mengajarkan anak toilet training. Karena, saat usia inilah anak sudah mulai memahami isyarat-isyarat dalam tubuhnya. Sudah mulai bisa belajar bicara sedikit-sedikit. Sehingga ketika ia akan membuang hajatnya, ia bisa mengatakannya. Hal tersebut sesuai dengan tumbuh kembang anak.
Sosial: Mengenali orang sekitar.
Sejak usia ini anak sudah paham mana orang yang sering ditemui dan jarang ditemui. Misalnya, ada anak ketika bertemu orang asing, langsung mengumpat dibelakang kita atau meminta gendong, hal ini wajar. Karena, anak mengetahui mana yang membuat ia nyaman dan tidak.
Finansial: Melihat proses jual beli.
Saat usia ini anak baru mengamati proses ayah bundanya sedang bertransaksi jual beli.
Agama: Mendampingi proses ibadah orang tua.
Sering kan kita ketika hendak ibadah, si kecil kita letakkan di sebelah kita? Nah proses inilah yang dikatakan anak mendampingi orang tua beribadah.
Usia Kecambah (3-4 tahun) Target: Fisik
Fisik: Tidur, mandi, menulis, membersihkan (cebok) BAK, membantu pekerjaan rumah tangga, dan merapikan mainan.
Tidur, ketika usia 3 tahun anak mulai diajarkan tidur di kamarnya sendiri. Bagaimana jika belum memiliki rezeki untuk membuat kamar anak? semoga Allah mudahkan rezekinya, ya. Sementara boleh pakai kasur terpisah dahulu, ya Mom.
Maka dari itu, sejak bayi kita ajarkan anak tidur terpisah. Agar ketika anak menginjak usia 3 tahun dan memang harus tidur sendiri, ia sudah siap. Tidak perlu khawatir kita seolah membiarkannya, karena hal ini termasuk dalam tahapan tumbuh kembang anak.
Menulis, ketika di usia kecambah, anak mulai diajarkan menulis atau sekedar diberikan alat tulis pada usia 4 tahun 11 bulan. Kenapa tidak sejak kecil diberikan? Karena, menghindari anak mencorat coret tembok. Untuk melatih motoriknya, bisa kita bantu latih dengan cara mengerjakan pekerjaan rumah, seperti memetik bayam, kangkung, bisa juga dengan mencuci beras. Dengan cara seperti itu, maka motorik anak pun terlatih.
Ketika anak BAK maka ajarilah ia untuk membersihkannya (cebok) sendiri, sama seperti mandi, biarkan anak melakukannya sendiri. Terakhir kita koreksi, jika masih ada sabun, tidak ada salahnya kita membilas ulang. Setidaknya kita sudah mengajarkan anak untuk mandiri, dan semua membutuhkan proses.
Merapikan mainan. Terkadang banyak orang tua yang lelah hingga kesal karena mainan anaknya bertaburan kemana-mana. Rumah sudah seperti kapal pecah, berantakan. Baru dirapikan, sudah berantakan lagi, ada yang merasa seperti itu?
Berikan mainan pada anak, usia anak + 1. Misalnya, usia anak 3 tahun, maka tambahkan 1 jadi total mainan yang dimainkan anak sebanyak 4 buah. Sebelum bermain buatlah kesepakatan, misalnya, “setelah bermain tolong dirapikan kembali, ya dik.” Mengapa harus dibuatkan kesepakatan terlebih dahulu? Agar anak terlatih kemandiriannya dan belajar untuk tanggung jawab atas dirinya.
Baca Juga: Buku Curhatan Bunda Milenial
Sosial: Mengelola emosi dan membuat pilihan.
Pada usia ini anak biasanya mengalami tantrum. Di sinilah tugas kita untuk mengajarkan buah hati mengelola emosinya. Misalnya, ketika anak menangis ingin main di luar. Kita harus memvalidasi emosinya. “Ooo adik lagi sedih ya? kesal ya? karena tidak boleh main di luar?” “Iya Bunda juga mau main di luar kok, kayaknya enak ya?” “Tapi, di luar lagi banyak virus, jadi kita main di rumah saja, yuk.”
Ketika berbicara usahakan setiap kalimat diberikan jeda, ya. Maksimal satu kalimat limabelas kata. Mengapa? agar anak mencerna terlebih dahulu pesan yang kita sampaikan.
Membuat pilihan, setelah itu kita berikan pilihan, “adik mau dibacakan buku atau bernyanyi bersama bunda?” dari situlah kita melatih anak berpikir untuk mengambil keputusan.
Finansial: Belajar bertransaksi tanpa pendampingan.
Di masa ini kita sudah boleh minta bantuan si kecil untuk berbelanja ke warung. Misalnya kita berikan uang Rp.6.000 lalu kita minta kepadanya untuk membelikan gula 1/4. Jangan lupa beri tahu harganya, ya Mom. Baiknya berbelanja ke warung terdekat dahulu, ya Mom.
Agama: Meniru gerakan salat dan menghafal surat sesuai usia.
Meniru gerakan salat, biarkan anak meniru gerakan salat kita. Perlahan kita arahkan gerakan yang sebenarnya. Menghafal surat sesuai usia, misalnya, anak kita usia 3 tahun, jadi yang baru dihafalkan; surat Al-fatiha, Al-Ikhlas, dan Al-falaq. Jadi, kita tidak memberatkan daya pikir buah hati.
Usia Berbunga (5-7 tahun) Target: Sosial
Fisik: Keramas, sikat gigi, merapikan tempat tidur, tanggung jawab sekeluarga, membaca lalu mengaji, membersihkan (cebok) BAB, dan masak.
Pada usia ini anak sudah harus bisa melakukan keramas, sikat gigi, membersihkan (cebok) BAB, mandi, makan sendiri. Lalu berikanlah tangggung jawab pada anak untuk merapikan tempat tidurnya sendiri. pada usia 7 tahun barulah anak mulai melakukan kegiatan membaca dan mengaji (disempurnakan). Memasak pun baru yang sederhana misalnya, memasak nasi, memasak sop, atau sekedar memanggang roti. Setiap satu tahun, berikanlah satu atau dua tanggung jawab menu masakan.
Tanggung jawab sekeluarga, maksudnya di sini adalah, anak diajarkan untuk mencuci pakaian sekeluarga. Misal pakaian ayah, bunda, dan adik atau kakaknya ia cuci. Terkesannya tega, ya? Tapi sebenarnya di sinilah kita mendidik anak menjadi mandiri. Ia memiliki life skill ketika kita meninggal nanti, ia mampu merawat dirinya sendiri, dan kita menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pasangan orang lain, kelak.
Sosial: Tidak tantrum, sekolah, observasi penerimaan tamu, problem solving.
Di usia 5 tahun seharusnya anak sudah tidak mengalami tantrum lagi, usia berbunga ini anak sudah melakukan kegiatan sekolah. Jika buah hati ingin disekolahkan usia 6 tahun, maka kita memasuki pra sekolah pada usia 5 tahun.
Sebaiknya kita menarik usianya satu tahun dari usia sekolah sebenarnya. Agar, anak tidak merasakan jenuh, ia sudah puas bermain, dan ketika usia 7 tahun, disitulah saraf otaknya mulai bersambungan dan siap menerima pelajaran.
Biarkanlah anak bebas bermain, jangan telalu cepat merenggut masa kanak-kanaknya. Jika tidak, ia akan menjadi dewasa kekanak-kanakan.
Ibu Elly Risman
Observasi penerimaan tamu, juga dilakukan anak usia berbunga, misal anak sudah bisa mengatakan, “masuk om atau tante.” “silakan duduk om” “tunggu ya om”, dan sebagainya.
Finansial: Membeli barang tanpa pendampingan dan membuat list belanjaan.
Baca Juga: Dampak Menyekolahkan Anak Terlalu Dini
Agama: Salat, puasa, dan mengaji.
Ketika kita ingin anak melakukan ibadah, satu kunci yang harus kita pahami terlebih dahulu yaitu, anak HARUS SUKA DULU. Jadi agar anak mau mengerjakannya dengan ikhlas anak harus suka dulu, sejak ia masih kecil, berikanlah input positif tentang agama. Misalnya, “kita berterima kasih yuk, sama Allah karena telah diberikan nikmat untuk berkumpul kembali di pagi hari ini.” atau “Allah itu suka sama anak yang berbicara baik, lho nak.”
Hindari, ucapan “jangan ngomong kasar, nanti dipotong lidahnya sama Allah, lho.” Ucapan seperti itu adalah input negatif tentang agama. Alhasil anak berpikir tuhan itu menyeramkan. Maka dari itu, berhati-hatilah jika ingin berucap , ya Mom.
Usia Berbuah (8-11 tahun) Target: Agama
Fisik:
Semua di atas sudah selesai, penambahan tanggung jawab pertahun, baik masak, dan belajar.
Sosial: Menjenguk, menerima tamu, menangani bullying, berlatih menjadi orang tua.
Berlatih menjadi orang tua, dalam artian, mampu memandikan adiknya, mampu membantu ayah bunda dalam mengurus si kecil, misalnya memakaikan pakaian, mendongengkan si adik. Jadi, ketika kelak ia menjadi orang tua, insyaallah ananda sudah siap dan mengetahui ilmunya.
Finansial: Bisnis kecil-kecilan, ajak berbelanja, pengaturan keuangan.
Bisnis kecil-kecilan, bisa kita ajari buah hati untuk berjualan puding, atau aksesoris, dan sebagainya. Jika ia sudah mendapatkan hasil dari jualannya tersebut, barulah kita ajarkan pengaturan keuangan, sekian untuk ditabung, sekian untuk disedekahkan, mana kebutuhan mana hanya keinginan yang tidak mesti untuk dituruti.
Agar dewasa kelak anak memahami mana yang benar-benar kebutuhan mana yang sekedar keinginan. Jika kita sudah melatihnya sejak kecil, insyaallah ananda paham dan terbiasa dengan hal tersebut. Sehingga buah hati mampu memanfaatkan uang sebaik-baiknya.
Agama: Persiapan baligh.
Persiapan baligh, kita perlu memberikan ilmu kepada buah hati tentang, menstruasi (jika anak perempuan) dan mimpi basah (jika anak laki-laki). Berikan informasi tentang organ reproduksi, cara bersikap yang baik, saling menjaga, hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan apabila memiliki teman lawan jenis.
Kesimpulan
Setelah mendapatkan ilmu di atas, kita penting sekali membuat kurikulum keluarga, dengan cara membuat list, mana saja yang sudah terpenuhi dan mana yang belum terpenuhi oleh buah hati sesuai usianya.
Sehingga, yang belum terpenuhi tersebut menjadi PR bagi ayah bunda untuk mengisi kekosongan ananda. Namun, sebaiknya sebelum membuat daftar tersebut kita harus menyamakan visi terlebih dahulu dengan pasangan, ya.
Setelah selesai kita membuat kurikulum tersebut, kita harus melakukan evaluasi dengan pasangan, mana saja yang belum terpenuhi dalam kurikulum yang kita buat. Ayahlah tugas untuk mengevaluasi dan bundalah tugas untuk mendampingi muridnya yaitu anak-anak tercinta.
Itulah madrasah keluarga. Ayah sebagai kepala sekolah. Meski, jarang hadir namun kehangatannya tetap terasa. Bunda sebagai pendidik, penuh cinta kasih dan kelemah lembutan. Dan anaklah muridnya, perlu bimbingan dan arahan agar menjadi penerus salih/saliha.
Laila Dzuhria
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi ayah bunda, ya.
23 Comments
duniamasak
wah keren banget ada kurikulumnya terus dievaluasi 3 bulan sekali 😀 aku jadi terinspirasi juga dari Bunda, terima kasih sudah berbagi ya Bun
Laila Dzuhria
Twrima kasih Mbak. Iya memang harus dievaluasi oleh suami. Karena dialah yang bertanggung jawab atas keluarga. Bagaimana mendidik anak istrinya, itulah yang diminta pertanggung jwbnnya kelak bukan?
Berat sekali memang tugas suami2 kita ya. Semoga Allah lancarkan hajat2nya dan kita harus membantu beliau agar dimudahkan ketika di akhirat nanti.
Lithaetr
Saya sepertinya perlu adaptasi ini tentang kurikulumnya. Soalnya mendampingi anak-anak itu memang proses panjang yang luar biasa. Soalnya dampaknya juga seumur hidup. Semoga kita dimampukan memberikan pendampingan terbaik buat anak-anak ya, mbak, aamiin
Laila Dzuhria
Aamiin Mbak..
Farida Pane
Masyaallah. Jadi lebih jelas langkah2nya kalau disusun dalam kurikulum begini, ya. Secara umum aku mengikuti milestone tumbuh kembang anak sesuai usianya aja selama ini.
Siti Nurjanah
Artikelnya begitu menarik,
Mencakup tahapan tumbuh kembang anak
Hal ini tentu bisa menjadi acuan utk tips parenting yg begitu inspiratif
Reyne Raea
Senangnya ya kalau bisa fokus mengurus anak-anak dengan seksama, bisa menerapkan banyak hal biar anak-anak bsia tumbuh dengan lebih baik.
Semoga saya juga dimampukan untuk bisa fokus ke anak-anak, aamiin 🙂
Biar beberapa plan yang juga pernah saya susun bersama anak-anak juga bisa dijalankan 😀
Laila Dzuhria
Aamiin. Memang konsisten itulah kesulitan kita, Mbak. Tp smg kita bisa.. semangat..
uchi
Lengkap dan rinci sekali ini, mbak. mantep.
Smoga kita bisa jadi orang tua yang amanah, aamiin …
Laila Dzuhria
Aamiin..
Mutia Ramadhani
Ibu-ibu zaman now kayaknya lebih hapal sama peta tumbuh kembang anak yaaa.
Masya Allah mba, ibu istimewa. Tertata semua program dan targetnya. Semoga tetap istiqamah ya mba.
Laila Dzuhria
Aamiin mbak..km juga ya. Semoga kita dimampukan oleh Allah untuk menjadi orang tua hebat.
Maria Soemitro
duh bagus sekali tulisannya
andai semua ibu melakukan hal di atas, generasi muda Indonesia bakal terjamin deh kesehatan fisik dan psikisnya serta tumbuh kembang dengan optimal
Laila Dzuhria
Aamiin. Smg para mama muda generasi milenial spt ku sadar akan pentingnya memerhatikan peta tumbuh kembang anak2nya dan mampu menyiapkan kemandirian buah hati.
Ajeng Pujianti Lestari
Wah, seru ya mbak bikin kurikulum keluarga. Alhamdulillah juga didukung sama suami karena ngurus anak kan pastinya harus berdua. Aku sendiri belum sampai kurikulum, tapi setidaknya sudah ada goals tiap minggu. Hehe
Laila Dzuhria
Alhamdulillah. Benar banget mengurus anak harus berdua dan selaraskan visi dn misi dengan pasangan. Hebat nih suaminya mau terlibat dalam pengasuhan.
Li Yuliani
Makasih banyak udah nulis tentang ini, emang udah seharusnya ya punya kurikulum keluarga. Anak saya mau 6 tahun November nanti. Mau lihat juga ah programnya, ngikutin yang Mba bikin di sini
Annie Nugraha
Waalaikumsallam Wr. Wb.,
Awalnya saya tersenyum baca istilah biji, kecambah, berbunga dan berbuah. Tapi setelah dibaca kembali, 4 penamaan ini pas banget untuk masa-masa tumbuh kembang anak hingga usia 11 tahun. Rincian tentang sifat, sikap, disiplin dan penerapan program pendidikannya pun rinci dan aplikatif sekali. Termasuk tentu saja urusan kualitas moral dan agama.
Bagus banget ini tulisannya Laila. Ah seandainya sudah tahu dari jaman anak-anak ku dulu, pasti sudah tak praktekkan nih.
Laila Dzuhria
Iya ya Mbak. Parenting itu baru hidupnya belakangan ini ya. Padahal Bu Elly sudah menggalakkan dari puluhan tahun lalu namun, baru inilah saat yang tepat mungkin bagi Allah. Ini aku dapat ilmu dari anaknya Bu Elly. Mereka sekeluarga fokus di bidang parenting.
Dian
wah iya mbak, penting buat kurikulum keluarga
saya juga buat
terima kasih inspirasinya mbak
nurulrahma
anakku umur 15 dan aku blm punya kurikulum kayak gini 🙁
Gapapa mau ikutan bikin, ahh
better late than never
Fenni Bungsu
Ponakan daku yang jelang usia 3 tahun, dia suka meniru sih memang.
Jadi ngikutin abangnya solat. Kalau diminta buat merapikan mainan mau aja dianya, tapi memang dicontohkan hehe
Ririn Wandes Melalak Cantik
Bisa menjad rekomendasi ke depannya nih saat nanti sudah punya anak. Memang dengan punya perencanaan jelas dan kurikulum gini pasti bisa membantu anak juga lebih terarath ke untuk meraih cita-cita dan pengembangan dirinya ya.