Share This Article
Assalamualaikum mama muda yang cantik, pintar, dan hebat. Beberapa waktu lalu aku sempat bertengkar dengan suami, karena hal sepele. Benar-benar sepele. Permasalahan literasi. Jadi ternyata tahapan literasi yang tepat itu harus kita ketahui.
Ketika Omar ada kegiatan Ramadan Camping, dibagikanlah jadwal kegiatan tersebut, dan berkali-kali aku bacanya. Beda dengan suami, sekali baca ia langsung ingat dan paham, jam sekian kegiatannya apa, PIC-nya siapa dalam kegiatan apa.
Tapi berbeda denganku yang berkali-kali baca, masih “nggak mudeng” gitu, lho. Hellow otakku, what happen aya naon? Kok gak paham-paham? Alhasil aku dibullylah oleh suami, “Wah, cuma bisa baca doang tapi nggak bisa membaca, wkwkwk,” ledeknya.
Akhirnya menjadi topik obrolan di pagi hari. “Beda lho Dik, kalau bisa membaca, artinya paham makna tulisan tersebut. Kalau bisa baca, ya sudah kamu hanya bisa baca tulisan, tapi tidak memaknai isi dalam tulisan itu,” jelas suamiku.
Setelah suamiku bilang begitu, kok aku jadi kepikiran, ya? Apa yang salah dari perkembanganku terdahulu? Akhirnya aku mencari tahu dan meminta waktu dari sepupuku, Kak Ediana Putri Mayangsari (Wakil Direktur Pelatihan dan SBB, IHF). Aku meminta waktunya untuk sharing sekilas tentang literasi.
Baca juga: Tips dan Trik Memilih Sekolah
Apa Saja Tahapan Literasi yang Tepat untuk Anak?
1. Mendengar dan Berbicara
Dua hal ini sangat berkaitan untuk tahapan literasi yang tepat pada anak. Fungsi mendengarkan adalah untuk mengumpulkan informasi/kosakata dan membentuk pemahaman terhadap kata. Berbekal kata-kata yang dia pahami dan bermakna baginya, anak akan mulai berbicara menggunakan kata-kata tersebut.
Anak dapat mendengar dari apa yang kita sampaikan lalu anak akan meniru, berbicara dari yang telah kita sampaikan. Maka, dari itu orang tua harus berbicara yang baik dan benar. Misal ada orang tua yang suka berbicara dicadel-cadelkan, maka dari itu anak jadi berbicara cadel. Sebaiknya kita hindari, ya parent. Agar buah hati mampu berbicara dengan baik.
2. Membaca
Setelah anak mampu mendengar dan berbicara, maka kemampuan yang dapat dipelajari anak berikutnya adalah membaca. Kemampuan membaca juga dipelajari anak bersamaan berkembangnya kemampuan anak dalam mendengar (menyimak) dan berbicara, yang kita sebut dengan pramembaca. Siapa yang suka membacakan buku cerita untuk anaknya? Bagus sekali aktivitas tersebut, ya.
Anak akan belajar mengembangkan kemampuan membaca dari apa yang kita sampaikan melalui buku tersebut. Meskipun anak akan mengulang cerita yang telah kita bacakan, bukan berarti ia sudah mampu membaca, tetapi karena anak sudah hafal dengan apa yang kita sampaikan. Ini adalah salah satu tahap perkembangan pramembaca. Jadi tidak apa-apa ya, dan tetap memberikan pujian.

3. Menulis
Kemampuan berikutnya adalah menulis. Sama halnya dengan kemampuan membaca, ada tahapan yang dilalui untuk dikuasai dalam menulis, yakni kita sebut dengan pramenulis. Setelah anak melewati tahapan tersebut, anak akan melakukan aktivitas menulis. Ia akan melihat contoh tulisan-tulisan yang kita berikan.
Sebaiknya berilah kegiatan tarik garis, managambar yang sesuai, maze-mencari arah, atau melanjutkan. Hindari memberikan kegiatan menulis garis putus dalam mengenalkan huruf, tersebut kurang disarankan.
Karena hal ini akan mengurangi kecepatan anak dalam memahami karakter/bentuk huruf. Namun bila anak sudah mengenal huruf cukup baik, maka latihan untuk merapikan hasil tulisan anak (baca huruf) dapat memberi bantuan kepada anak dengan garis putus-putus. Berikutnya biarkan anak menulis sesuai apa yang ia lihat, mengembangkan idenya, imajinasinya ke berbagai media.
Kesenangan anak dalam kemampuan pramenulis ini biasanya anak cerminkan dalam coret-coretan gambar, dan tidak jarang orang tua mendapati dinding rumah penuh hasil mural anak. Jangan panik apalagi marah, arahkan saja anak dengan menuangkan karyanya dalam media berbeda seperti buku gambar/kertas besar seperti karton/papan tulis dan dengan alat tulis yang berbeda-beda seperti spidol, pensil warna/krayon/pasta pewarna makan dll, sebagai antisipasi dinding rumah terhindar dari sasaran mural anak.
Kegiatan menjiplak juga bisa menjadi pilihan pramenulis yang menyenangkan. Menjiplak dengan menggunakan kertas tipis di atas gambar/menggunakan kertas karbon dapat menjadi kegiatan yang menarik bagi anak. Jika menjiplak di atas kertas tipis, dapat membantu menghaluskan garis yang dibuat anak dan membantu kelenturan dari otot jari anak.
Berbeda jika kegiatan menjiplak yang ditujukan untuk latihan mengenal huruf, sekali lagi hal ini pun dapat mengurangi kecepatan anak dalam mengenal karakter/bentuk huruf. Jadi kegiatan menjiplak gambar ini cocok atau disarankan sebelum kegiatan menulis huruf.
-Gambar Maze dan Tarik Garis-
4. Pemahaman
Kemampuan pemahaman anak dalam memahami bacaan adalah hal lain yang perlu dikuasai anak selain tiga keterampilan berbahasa yang sebelumnya dipaparkan. Salah satu cara melatih pemahaman membaca dapat dilakukan sejak dini. Saat anak menggambar dengan hasil benang kusut, lalu kita tanya, “Apa ini?” Misal si kecil menjawab, mobil. Maka, kita harus menuliskan dengan benar di dekat gambar tersebut, “mobil”.
Agar anak tahu bahwa gambar tersebut ada namanya serta ia melihat bentuk tulisan dari yang ia gambarkan. Saat kegiatan membacakan cerita, ditengah dan diakhir cerita kita bisa bertanya tentang tokoh cerita/isi dan nilai karakter apa dari cerita dapat juga melatih kemampuan pemahaman anak.
Stimulus Tahapan Literasi yang Tepat untuk Anak di Rumah
1. Ngobrol
Sejak anak masih bayi pun kita sudah bisa menstimulus anak. Misalnya, dengan mengajaknya ngobrol menggunakan bahasa yang tepat dan benar. Sehingga si kecil tahu, bahwa “mulut mampu mengeluarkan suara, ketika menginginkan sesuatu ternyata penyampaiannya seperti itu.”
2. Membacakan Buku
Nah, siapa nih yang suka membacakan buku untuk buah hati? Membacakan buku pada anak ketika ia masih kecil tidak masalah, meskipun si anak belum bisa membaca, setidaknya ia tahu bahwa “tulisan ini pengucapannya seperti itu,” dengan cara kita mendongeng sambil menunjukkan kata-kata yang tertera di halaman tersebut.
Nantinya anak akan menirukan cerita kita. Misal, ia sedang menyukai cerita “Sakit Gigi” nah, nantinya si anak akan bercerita seperti yang pernah kita ceritakan, padahal ia belum mampu membaca. Hal ini dikarenakan, si kecil telah meniru apa yang kita bacakan.
Jika kita rajin mendongengkannya, maka anak akan memiliki ketertarikan pada buku, misalnya saat usia 2 tahun, ia mulai membolak-balikkan halaman. Tidak apa, kita harus menghargainya. Jangan kita patahkan karena takut robek. Sebaiknya hindari, ya mom.
3. Memberikan Label
Nah, bagi orang yang tidak paham hal ini, akan merasa heran, “kenapa di rumah kita banyak label di setiap barang?” Hehehe. Kita memberikan label pada, pintu, kulkas, jendela, pagar, lemari, lantai, dinding, dan sebagainya. Agar anak memahami bahwa benda-benda tersebut memiliki nama, bentuk tulisannya seperti itu.
4. Bermain huruf dan gambar
Di masa ini anak sudah kita kenalkan bentuk huruf, misalnya A ada ayam, air, anggur, amplop, dan sebagainya. Kita ulang terus sehingga anak paham. Namun, kita harus memberikan contoh bentuknya pula, ya, bahkan jika memungkinkan hadirkan langsung secara nyata bendanya.
Dengan ini pemahaman anak terhadap tulisan terjadi secara menyeluruh, anak memahami nama dan wujudnya. Media yang dapat disediakan orang tua bisa berupa kartu huruf/kata atau poster huruf yang bergambar dengan symbol dari huruf tersebut, seperti huruf A dengan kata “Ayam” dan ada gambar ayamnya.
5. Membacakan Buku Khusus
Di sini kita membacakan buku cerita yang berbeda dari buku lainnya. Ketika mendongeng, biasanya buku yang kita bacakan adalah buku yang memiliki banyak tulisan pada halaman. Nah, buku khusus ini, untuk memfokuskan anak belajar membaca dengan cara yang patut dan menyenangkan, sebaiknya memiliki satu gambar dan satu kata di dalam satu halaman.
Misalnya, tulisannya “Bola” di atas tulisan tersebut ada gambar bola berwarna biru. Nanti kita kembangkan dari gambar itu menjadi cerita. Misalnya, “wah ada gambar bola nih, bolanya warna apa tebak? Iya warna biru. Suatu hari Omar dan teman-teman bermain bola di lapangan, bola biru ini ditendang Omar sangat kencang, sehingga bola biru ini masuk ke gawang. Horee!!!”
Buku khusus ini sulit sekali aku temukan di pasaran, jadi aku membuatnya sendiri. Sssttt, tahu ga, ternyata buku seperti ini sudah diterbitkan oleh IHF lho… Buku Cerita Literasi terbitan IHF ini sudah terstruktur dan disesuaikan dengan tahapan membaca pada anak.

6. Menulis
Tahapan berikutnya anak mulai bermain pinsil dan kertas, meskipun ia masih belum tepat menggenggamnya, namun hal tersebut wajar. Tugas kita mengarahkan dan mendukung. Ketika anak usai menggambar dan kita tanya gambar apa yang sedang ia buat? Maka, tuliskanlah di bawah gambar tersebut. Tidak masalah gambarnya masih benang kusut atau tidak sama dengan wujud aslinya, karena ini adalah bagian dari tahapan menulis.
Baca Juga: Perbedaan Otak Anak Perempuan dan Laki-laki
Apa yang Harus Kita Hindari?
1. Bicara Cadel
Biasanya ada orang tua yang berbicara cadel pada anaknya. Berpikir sesuai usianya. Padahal, tidak ada kaitannya. Meskipun anak masih merah, kita harus berbicara sewajarnya, seperti sesama orang dewasa. Misal, “Adik sayang sudah mandi, ya? Hemm wangi sekali nih yang sudah mandi.” Atau ketika anak nangis karena haus, “Oo sayang, anak Mama haus ya? Mau minum, ya? Ini minumnya, ya.”
Bahasa, “mimik, bobo, emam, mamam” sebaiknya kita ubah dengan bahasa sesungguhnya, “minum, tidur, dan makan.”
2. Menebalkan Garis Putus-putus
Ketika anak mulai belajar menulis, hindari mengajarkan anak dengan menebalkan garis putus-putus pada huruf atau angka. Ajaklah anak menulis sesuai apa yang ia tahu. Misal kita menuliskan namanya, di kertas lain, kita minta anak untuk mencontoh bentuk tulisan tersebut. Biasanya hasil dari tulisan tersebut tidak sama persis, mungkin ada yang kebesaran, ada juga hasilnya yang tidak lurus rata, atau hurufnya terbalik.
Ketika melihat hasil tersebut, janganlah mematahkan semangatnya. Berikan pujian padanya, ajak terus anak berlatih. Tujannya adalah memberikan kesempatan pada anak untuk menemukan cara menulis dan bentuk tulisannya sendiri.
Tidak ada keberhasilan yang hadir dengan cepat. Semua butuh proses, maka nikmatilah prosesnya terlebih dahulu. Dan keberhasilan hadir atas kegigihan kita.
Laila Dzuhria
Kesimpulan
Jadi, aku baru tahu ada yang kurang dari tahapan perkembanganku dan penerapan pembelajaranku waktu kecil, yaitu kurang pada tahapan pemahaman dan seringnya aku berlatih menulis dengan garis putus-putus.
Hal inilah yang membuat aku bisa baca tetapi tidak bisa membaca, tidak paham dengan apa yang aku baca. Dari kesalahan tersebut, aku tidak ingin menurunkannya pada buah hatiku.
Banyak orang tua zaman sekarang belum mengetahui tahapan literasi yang tepat untuk anak. Kebanyakan, masih berpikir “yang penting anak gue bisa baca”.
Iya baca huruf yang bersanding, tetapi mereka lupa bahwa ada lagi kemampuan lainnya yang sama pentingnya, yaitu “PEMAHAMAN”. Sehingga riskan dewasa kelak, anak-anak yang mereka banggakan hanya bisa baca tetapi TIDAK BISA MEMBACA/TIDAK PAHAM.
Yuk, parent pahami terlebih dahulu tahapan literasi yang tepat untuk anak kita. Jangan sampai terloncat atau bolong. Karena, bahaya dampak jangka panjangnya. Dan jangan pula sejak usia dini kita paksakan anak belajar dengan metode duduk tenang, PR, atau sekedar latihan menulis tanpa ada maknanya.
Fitrahnya anak adalah bermain, jadi kita mengajarkannya melalui bermain. Biarkan anak bebas bermain, sehingga ketika sudah waktunya (usia sekitar 7 tahun) ia sudah siap untuk memasuki dunia barunya, di sekolah dasar yang menuntut mereka menggunakan keterampilan bahasa membaca dan menulis lebih banyak. Dan yang penting kita harus mengajarkan tahapan literasi yang tepat untuk anak.
Semoga kita dimampukan oleh Allah Swt. untuk menjadi orang tua yang tepat pengasuhan, sabar, dan bahagia. Agar buah hati kita pun tumbuh menjadi sosok berkarakter. Aamiin.
Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat.
50 Comments
Tika
Terima kasih ilmunya yang bermanfaat banget Mba!
Saya jujur belum jadi Ibu, tapi saya baru tau nih ada juga tahapan literasi untuk anak-anak. Karena bener kalo membaca itu terkadang cuma baca aja tapi engga paham 😅 Bisa dijadikan pelajaran nih untuk kedepannya 😊
Laila Dzuhria
Nah iya kan. Krn dl irtu2 kita blm paham parrnting mbak. Alhasil kita cm dididik bs baca doang, sambung huruf. Tp ortu kita blm tau klo kita sbnrnya harus paham dg apa yg dibaca. Silakan berkelana di blog parenting ini smg bs bermanfaat ketika Mbak Tika memiliki buah hati. Aamiin.
febi
Menstimulasi anak agar bisa membaca, menulis, dan memahami apa yang telah dibacanya ataupun ditulisnya tersebut adalah hal yang krusial, karena aku sendiri pernah lihat teman sekelasku waktu SD kesulitan untuk menyelesaikan tugas mengarang karena aku perhatikan dia memang kurang suka membaca dan mungkin tidak ada stimulasi tersebut dari keluarga.
Informasi yang diberikan disini bagus sekali..
Oia, apa ada tips untuk menstimulasi anak agar berani berbicara di depan orang banyak sedari dini ?
Karena saat ini banyak orang yang kesulitan untuk berbicara di depan umum seperti presentasi, dll..
Laila Dzuhria
Nah ini berpengaruh dr pengasuhan mbak. Apakah sm ortunya si anak diiznkan mengeluarkan isi hatinya, atau tidak. Klo dr rmh kita sudah mengizinkan anak terus mengeluarkan isi hatinya, kita hargai, kita ajak ngobrol dg hot isu, insyaallah anak berani bicara di muka umum. Boleh berkelana di blog parenting ini. Smg menemukan ilmu pengasuhan dan bermanfaat. Aamiin.
Mujahidin.my.id
artikel yang memberikan informasi bermanfaat nih, terimakasih kak
Diani Sekaring Sejati
Kalau penyakitnya orang Indonesia: malas baca, baca juga enggak tapi jempolnya aktif banget komen ini itu di internet 😀
Aku baru tahu Mbak kalau menebalkan garis putus-putus itu tidak disarankan ya, terima kasih informasinya.
Laila Dzuhria
Iya mbak ternyata tidak disarankan. Jd anak cukup meniru apa yg kita tulis nanti biarkan anak menulis dg versinya.
Julaiman
hmm. baru tau saya , ternyata makna membaca sangat luas sekali. hehe
Laila Dzuhria
Iya mas. Aku pun jg br tau stlh ngobrol dg pakarnya. Hehehhe
Mas Rahmat
Literasi dijaman sekarng sangat diperlukan, bahkan sudah ada gerakan literasi digital untuk millenial.
menjadi orang tua memang sangat dibutuhkan skill ini, apalagi jika anak bertanya dan kita selaku orang tua kurang memahami, wah gawat ini, hehe
Laila Dzuhria
Benar mas. Ortu cm taunya literasi hanya baca tulis. Anak sdh bs baca, udh merdeka. Pdhl msh jauh makna literasi itu.
Jihan
Aamiin ya Allaah semoga saya juga dimampukan untuk selalu bersabar sama anak2 ❤️❤️
Insightfull banget mbaa tulisannya
Andri Marza Akhda
Tahapan kedua yakni membaca. Ya, 😂 saya sendiri memang lebih suka mendengar dan melihat penjelasan di youtube
Naqi
Sangat bermanfaat nih Kak. Emang butuh disebarkan tahapan literasi ini
Lithaetr
Setuju, saya juga tidak suka menerapkan berbicara cadel ke anak-anak dari mereka kecil. Dari awal anak-anak sudah harus tahu cara bacanya dengan baik. Makasih kakak tulisannya keren
Laila Dzuhria
Yup kita harus mengajarkan bicara yang tepat pada anak.
nurulrahma
seruuu banget baca artikel ini
banyak fakta2 baru yg lumayan mindblowing
makasi sharing-nya mbaaa
Laila Dzuhria
Sama2 mbak nurul.
Keke Naima
iya sepakat. Literasi maknanya gak sekadar bisa membaca. Saya suka mengajak anak-anak berdiskusi tentang berbagai hal. Sekalian membiasakan mereka untuk tidak sekadar membaca. Tetapi, juga memahami apa yang dibaca.
Maria Soemitro
calistung, nampak sederhana padahal gak hanya membantu anak belajar juga mampu menciptakan keakraban dan mempererat hubungan anak dan orang tuanya
karenaa itu saya heran pada ortu yang nyuruh anaknya les calistung hingga jutaan rupiah
Farida Pane
Kalau di tk kan biasanya belajar baca dan tulis dilakukan secara beriringan, ya. Ini aman aja atau bisa menimbulkan masalah?
Rizka Edmanda
anak aku alhamdulillah sudah di tahapan berbicara insya Allah soon akan ngajarin jug mungkin dalam 1 tahun ini sebelum masuk TK
Wahid Priyono
Alhamdulillah sedikit2 saya terus belajar literasi. Bahkan saya di sekolah juga mengajarkan anak-anak untuk rutin membaca dan latihan menulis dll. Memang literasi ini penting banget untuk meningkatkan kemampuan numerasi dan literasi.
Mutia Ramadhani
Anakku masih belajar memahami nih mba. Walau pun dia sudah mulai memahami dengan usianya yang baru beranjak 5 tahun.
Bicara cadel bener banget ini mba. Sering banget kita mendengar orang tua bicara cadel dengan tujuan lucu-lucuan sama anaknya, padahal itu outputnya gak bagus untuk perkembangan bahasa anak.
Nurul Sufitri
Ternyata ada tahapan2nya ya memberikan literasi yang tepat untuk anak. Biasanya kita sebagai orang tua kita sebaiknya menjadi role model, bukan hanya mengajari atau menyuruh saja. Sambil mengobrol, bercerita sama anak, konsep bermain sambil belajar tentu menyenangkan.
Laila Dzuhria
Ya mbak, istilahnya jangan jadikan belajar suatu beban pada anak. Anak harus merdeka ketika belajar, dia mau belajar sambil jalan-jalan, its oke. Mungkin itu cara mereka.
Moch. Ferry
Edukasi literasi buat keluarga dan anak bermanfaat untuk swnsorik, motorik anak di masa mendatang
Maria tanjung
Dulu sya kira wajar bicara cadel ke anak lalu pernah baca bahwa tidak dianjurkan utk melakukanny. Trnyata yg mba tulis relevan banget ya.
Shovya
Lengkap dan sangat mudah dipahami tahapan literasi ya, Mbak.
Benar, sih. Kebanyakan orang tua mengajari anak berbicara biasa dicadel-cadelkan, sehingga anak meniru hal yang sama, tidak mengucapkan kata dengan jelas. Kalau sudah terbiasa seperti itu, mungkin akan sulit untuk membenarkan pengucapannya nanti.
Belum lagi untuk tahapan literasinya yang lain.
Terima kasih, Mbak. Tulisannya Sangat bermanfaat.
Yuni BS
Iya kadang kita hanya berkoar-kora mengenai pentingnya literasi sejak kecil. Sementara tahapan literasi yang baik itu apa saja suka kita abaikan. Pokoknya rajin membaca buku dan memahami saja gitu. Sementara tahapan literasi nggak hanya itu. HEhehee
Annie Nugraha
Tulisan yang berbobot banget nih Laila.
Dari hal membaca saja, muncul berbagai perkara yang sejatinya wajib kita ketahui. Tetiba saya ngeh, untuk menjadikan seseorang PAHAM akan suatu hal, ada 3 perkara penting yang harus diketahui dan dikuasai. Pertama adalah membaca, kemudian menulis, lalu dibungkus dengan berkomunikasi dengan benar.
Rasa-rasanya bukan cuma anak-anak yang wajib mengikuti berbagai arahan di atas, tapi kita juga, orang dewasa. Karena pada kenyataannya jumlah umur yang banyak tidak menjamin seseorang itu mudah dalam memahami sesuatu.
Laila Dzuhria
Benar mbak, karena mungkin era orang tua kita terdahulu prioritasnya anak bisa baca tulis saja sudah meredeka. Padahal ada satu yang terlewat adalah pemahaman. Makanya, banyak anak bahkan orang dewasa bisa baca soal tapi tidak mengerti soal. Akhirnya kesulitan dalam menjawab soal di atas kertas. Nah, tulisan ini mengajak ibu-ibu muda untuk melek, jangan hanya sekedar anak mampu bersanding huruf saja, tapi harus memiliki pemahaman makna dari kata tersebut.
Utie adnu
Awal dari anak bisa berbicara dari Mendengar dan Berbicara. Dua hal ini sangat berkaitan untuk tahapan literasi pada anak. Fungsi mendengarkan untuk mengumpulkan kosakata dan membentuk pemahaman
Fenni Bungsu
Ponakan daku yang paling kecil, dalam tahap corat-coret juga kak. Dibiarkan sambil dialihkan coretnya ke buku yang disediakan. Alhamdulillah mau. Jadinya memang dukungan itu perlu ya buat perkembangannya
Laila Dzuhria
Iya Mbak. Kita pun jangan langsung mematahkan bilang tidak boleh atau jangan, ya cara mengalihkan seperti itu insyaallah sudah tepat. Anak tetap bereksplore dan ia mengetahui tempat yang tepat untuk menulis, mencoret-coret ialah di atas kertas.
Bayu Fitri
Setuju nih jangan berbicara dengan logat anak kecil ya seperti mamam , mimik, bobok..walaupun kata tersebut lucu tapi nanti jadi kebiasaan ya mbak ..nice info deh
Laila Dzuhria
betul say. kita harus bicara yang tepat pada anak. Agar kosa kata mereka juga tepat.
Laila Dzuhria
Ilmunya bermanfaat sekalo, memang banyaknyang belum memahami makna literasi. Semoga dengan adanya blog ini, ortu menjadi paham tahapannya. Aamiin.
Dyah ummu AuRa
Bener tuh mbak. Aku sejak awal punya anak gak mau bicara cadel ke mereka, efeknya Alhamdulillah kosakat yang mereka keluarkan juga bagus. Tentunya dengan stimulasi lain seperti membacakan mereka cerita sejak dini, dan lainnya.
Laila Dzuhria
yup membacakan cerita pada anak, tidak bicara cadel pada anak, dan mengobrol adalah cara paling mudah untuk menstimulasi bicara pada anak.
Lia Lathifa
Gak sangka ternyata jiplak kertas, main tarik garis, menebalkan huruf bisa menjadi latihan literasi juga ya. Kirain buat main-main aja
Dian
wah aku baru tahu klo menebalkan garis putus putus harus dihindari
aku sering ngajak anakku menebali gitu, makasih ya infonya
Elisa
Lengkap banget penjelasan tahapannya. Makasih ya mbak.. Jadi bisa dipraktikan di rumah sama anak saya.
Sinta Legian Wulandari
Bagus banget ini artikelnya. Aku lagi ngajarin anak pertama aku baca dan tulis. Tahapannya gek boleh adanyang terlewat ya. Semoga Aku bisa mengajarinya dengan baik dan benar. Terima kasih Mbak, aku jadi belajar lagi nih teknik-teknik yang tepat untuk mengajarkan anak baca tulis.
Sinta Legian Wulandari
Bagus banget artikelnya Mbak. Aku lagi ngajarin anak pertamaku baca tulis. Ternyata tahapannya harus benar ya. Makasih informasinya Mbak, sangat membantu ku untuk belajar lagi tentang teknik-teknik baca tulis. Semoga aku bisa mengajari anakku baca tulis dengan baik dan benar.
Laila Dzuhria
Aamiin. Semangat bunda..
Li Yuliani
Baru tahu tahapan literasi yang tepat bagi anak. Memang ada prosesnya, engga langsung bisa gitu aja. Kalau Aku suka membaca, suami engga terlalu. Anakku lumayan sering dibacain buku, jadi dia tertarik lihat buku dari gambar-gambarnya. Sekarang anakku udah masuk TK, alhamdulillah mulai bisa baca dan tulis yang sederhana
Laila Dzuhria
Iya semua harus ada tahapannya. Tidak ada yang serba instan. Selamat sayang sudah bisa menulis dan membaca. Senang deh dengarnya. Semangat Momy.
Nia Haryanto
Wah, iya juga ya, literasi ini ada tahapannya buat anak. Aku selama ini gak menyadari itu. Tapi alhamdulillah semua tahap terlewati dengan baik. Udah besar, tantangannya beda lagi. Internet dan gadget. Anak lebih banyak dan lebih tertarik dengan itu. Kita yang kudu bisa mantau dan manage. Dan tentu, dengan jadi teladan juga. Kitanya harus rajin baca dan bisa ngatur waktu untuk internet dan gadget ya.
Fionaz Isza
Mengajarkan anak literasi di rumah ataupun dimana aja penting banget ya mbak, bahkan medianya juga bisa dari berbagai hal kecil yang ada di rumah seperti memberi label pada setiap benda dll