Memiliki gigi sehat dan terawat adalah impian semua orang, begitupun aku sekeluarga. Kalau sudah mendengar kata-kata sakit gigi, baik dari si sulung, si kecil, atau dari aku sendiri. Hemmm rasanya sudah bingung, harus berobat kemana?

Karena, terakhir si sulung melakukan perawatan gigi, di sebuah klinik kesehatan gigi khusus anak, tapi harganya masyaallah hingga jutaan, lho. Alhamdulillahnya, ada tetangga yang menyarankan aku untuk melakukan perawatan gigi, di Dokter Gigi Sawangan, atau biasa kita sebut dokter gigi Stephani. Ya, beliaulah owner dari Dokter Gigi Sawangan, ini. Terletak di Ruko Citralake B05-16 (dibelakang EF), Sawangan, Depok.

Pertama Kali Berkunjung ke Dokter Gigi Sawangan

Saat itu, tahun 2021 atau 2022 yang lalu, aku sedikit lupa, pertama kali yang berobat adalah Tsabit. Ia mengalami gigi berlubang. Pendaftaran kala itu, memakai Gform. Di sana kita diminta mengisi data diri, keluhan pasien, kondisi kesehataan 7-14 hari terakhir (saat itu masih pandemi), serta obat alergi dan penyakit bawaan.

Tibalah kami di Dokter Gigi Sawangan. Kami diminta untuk memakai APD seperti penutup kepala dan sepatu, tidak ketinggalan pemeriksaan suhu tubuh, dan pemberian hand sinitizer. Ketika masuk ke ruang dokter, drama dimulai. Biasa, ya anak kecil kalau ke dokter gigi, pasti nangis.

Pertama kali Tsabit dipangku olehku di atas kursi periksa. Ngobrol dengan dokter Stephani, diajak bekenalan, ditanya kondisi Tsabit saat itu, perawatan dimulai, gigi Tsabit mulai di bor, dan dia mulai menangis. Jeng.. jeng kali ini Tsabit minta dipangku oleh Abi, dan dokter pun mengizinkan kami untuk bergantian. Jadi, abi yang ke atas, aku yang turun ke bawah, karena hanya boleh satu orang yang ada di ruang praktek.

Ditengah-tengah perawatan, Tsabit minta buang air kecil, hemmm nih anak emang ada saja. Dan apakah dokter melarang atau marah? Tentu tidak. Dokter Stephani dengan sabar menunggu Tsabit. Alhamdulillah, perawatan hari itu selesai.

Setiap perawatan ada saja dramanya, dan dokter Stephanie tetap sabar mengahadapi si kecil jenaka ini. Tsabit pun selalu meminta perawatan dengan “dokter baik” katanya, kalau dokter yang lain, dia nggak mau, heheheh

Teliti dan Berhati-hati

Kenapa aku bisa beranggapan bahwa Dokter Gigi Sawangan ini, teliti dan berhati-hati? Karena ada dua kasus yang sudah kita alami secara langsung. Satu kasus pencabutan gigi Omar dan kedua kasus pencabutan gigiku yang sudah kena saraf.

Lika – Liku Anak Thalasemia yang Hendak Mencabut Gigi

Kali ini, gigi Omar yang akan dicabut. Karena, gigi dewasa Omar sudah tumbuh di atas gigi susunya, sehingga mengakibatkan ia tidak nyaman. Ketika kita sudah sampai di ruang dokter, dokter memeriksa kondisi Omar, memang disarankan oleh Dokter Stephanie untuk dicabut.

Tetapi, sebelum proses pencabutan, dokter sempat bertanya, “tapi, ini Omar ada thalasemia, ya?” aku pun mengiyakan, “iya dok, kok tahu?‘ tanyaku. “Waktu itukan ibu sempat mengisi data Omar, dan tertulis bahwa Omar memiliki penyakit Thalasemia. Jadi, kami tidak berani mencabutnya hari ini, bu, kalau bisa minta rujukan dari dokter yang biasa menangani Omar. Sekalian minta di cek pembekuan darah Omar.”

Alhasil kami berkunjung ke dokter anak dan melakukan pengecekkan darah lengkap untuk Omar di Prodia Depok. Namun, sayangnya kami belum membawanya kembali ke Dokter TB Ferdi Fadilah, Sp, A. Karena terbentur dengan gigiku yang bermasalah kali ini.

CAPEK DEH!!!!!

Baca Juga: Drama Mencabut Gigi di Rs Hermina Ciputat

Gigi Graham yang Sempat Perawatan Saraf Bermasalah #lagi

Hemmm. kali ini, gigi graham kanan atasku yang bermasalah. Tahun 2021 sempat melakukan perawatan saraf dengan dokter Dini di Rs. Hermina Ciputat, kukira akan sembuh selamanya, tapi ternyata bulan Juli 2023, gigi ini berulah lagi dan sudah tidak bisa dipertahankan, #akunyerah

Akhirnya tanpa pikir panjang, aku langsung melarikan diriku ke Dokter Gigi Sawangan, berharap bertemu dengan dokter Stephanie dan bisa dicabut saat itu juga. Tapi…… ternyata tidak bisa. Hari, itu yang praktek dokter Aan, dan soal cabut mencabut, tidak bisa secepat itu.

Dokter merontgen gigiku yang sakit, memakai alat yang berbentuk bulat lalu dimasukkan ke mulut, tidak lama hasilnya keluar. Menurut Dokter Aan, gigiku yang berlubang ini, sudah retak akarnya dan masuk ke rongga sinus, sehingga jika dicabut dengan dokter gigi biasa, riskan akan jebol atau tertinggal akarnya.

Kalau misalnya jebol rongga sinusku, ketika aku minum, bisa-bisa keluar dari hidung atau istilahnya merembes. Hemm.. lama lagi deh nih. Akhirnya Dokter Aan menyarankan aku ke dokter Spesialis Bedah Mulut. Tetapi, bukan di sini, karena jadwalnya tidak sesuai dengan jadwalku.

Kesimpulan

Menurutku Dokter Gigi Sawangan ini pelayanannya sangat baik dalam artian, mereka berhati-hati dalam bertindak, memikirkan kondisi pasien, dokter pun sabar dalam menangani pasien terutama pasien anak kecil, dan fasilitas yang dimiliki cukup memadai.

Bayangkan di klinik berlantai dua ini, ada fasilitas rontgen gigi. Disamping itu, tenaga ahlinya tidak satu atau dua saja. Di sana ada banyak dokter gigi umum, ada dokter gigi Spesialis Bedah Mulut juga. Bahkan untuk pembuatan behel dan gigi palsu, Dokter Gigi Sawangan dapat membantu kita dengan harga yang terjangkau.

Kisaran harga menurutku masih cukup ramah dikantong. Saat aku rontgen dan konsultasi hanya Rp300.000 saja, lho. Untuk cabut gigi anak, tanpa alat Rp250.000 dengan alat Rp300.000. Jadi, menurutku dengan pelayanan yang prima, fasilitas yang memadai, harga yang worth it, kamu wajib melakukan perawatan di sini.