Share This Article
Assalamualaikum sayang.. mama muda yang haus akan ilmu. Yuk merapat yuk dengarkan kisahku ya….
Jadi kemarin ada seorang temanku yang curhat melalui pesan singkat. Ia berkeluh kesah kepadaku, bahwa baru kali ini dia menemukan seorang anak yang mulutnya menyakitkan. Waduh…! Aku tanya memang kenapa?
“Jadi kemarin gw ke rumah teman gw. Anaknya teman gw sudah SD, pintar banget, juara kelas malahan. Tapi, La, mulutnya nyakitin banget. Masa pas dia salaman sama gw, gw dikatain bau. Ya sudah saat itu gw nggak ambil hati. Mungkin memang bau, karena gw baru pulang kerja dan mampir ke rumah teman gw.” Jelas seorang temanku yang curhat by WA.
“Nggak cuma itu, waktu itu juga pernah teman gw itu main ke rumah gw dengan anaknya. Lo tau kan rumah gw kaya gimana? Masa, itu anak berani banget ngatain rumah gw kecil, sempit, jelek. Kadang malah dia suka pamer punya banyak makanan dan mainan. Duh kok ada ya La anak seperti itu?” Tanya temanku.
Aku pun tidak langsung memberi jawaban, aku tanya dahulu, bagaimana reaksi orang tuanya ketika anaknya berbicara seperti itu?
“Ya, ibunya hanya diam saja, hanya tertawa. Kadang ada sih ngelarang cuma bilang ‘nggak boleh.’ Tapi anaknya masih saja begitu mulutnya.” Jelas temanku lagi.
“Beda deh sama keponakan gw yang biasa saja gitu, nggak pernah jadi juara kelas. Ponakan gw itu tidak pernah komentar apa-apa tentang gw. Kalau bertemu ya, salam, lewat depan gw saja membubgkukkan badan dan bilang permisi. Padahal anaknya biasa banget nilainya, sama-sama kelas 3 SD padahal. Tapi gw ngerasa lebih sopanan ponakan gw,” cerita temanku Mayang.
Masyaallah, jika kita ada diposisi temanku itu bagaimana? Kesal? Malu? Geregetan? Heran? Sudah pasti.
Baca Juga: Dampak Menyekolahkan Anak Terlalu Dini
Bahwa anak pintar itu banyak, tetapi anak sopan santun itu jarang.
Memang tidak semua pengasuhan itu sama. Mungkin saudara Mayang mengutamakan adab pada anaknya. Sedangkan temannya Mayang mengutamakan akademis anaknya.
Padahal adab itu lebih penting dibanding akademis. Jangan sampai kita terbalik, ya.
Memang ada anak seperti cerita di atas, bicaranya tidak dijaga, kelakuannya tidak diarahkan. Padahal kita orang tua harus mengajarkan buah hati sopan santun sedini mungkin. Ketika sudah mendengar anak kita berbicara/bersikap tidak sopan terhadap orang lain, maka kita harus menegurnya, katakan “tidak boleh” seperti itu. Cukup segitu.
Atau bisa juga kita panggil anak kita ke tempat sepi, barulah kita arahkan ia untuk bersikap lebih sopan.
Memanggil anak ke tempat sepi untuk menghindari rasa malu pada buah hati ketika ditegur di muka umum.
Jika kita ingin menasihatinya panjang lebar lakukan ketika momennya mendukung. Misal, saat di rumah sedang ngemil berdua atau hendak tidur kita pijat tubuh buah hati, di situlah kita selipkan nasihat.
Misal kejadian di atas ya, “Nak, tadi Bunda dengar Kamu merendahkan rumah teman Bunda. Kamu bilang rumahnya jelek dan kecil. Anak Bunda, anak yang sopan, anak cerdas. Bunda minta tolong sekali, Kamu tidak boleh kaya gitu lagi, ya?” Stop sampai di situ. Lalu tanya, “bisa kan?” Tunggu anak menjawab, misal anak bertanya kenapa? Kita jelaskan.
“Kalau Kamu bicara seperti tadi, sama saja Kamu mengejek Tante Mayang, itu tidak sopan Nak. Tante Mayang orang tua jadi harus kita hormati. Bicaralah yang sopan, ya.” Jeda dulu. Kasih space agar anak mencerna kalimat kita.
“Bunda sedih lho kalau Kakak seperti tadi. Jika ada sesuatu yang Kamu tidak suka, lebih baik simpan dalam hati dahulu, baru utarakan ke Bunda saat kita berdua.” Jeda lagi, kasih space agar anak paham dan tau perasaan kita saat itu.
“Kalau Kamu mengatakan hal buruk langsung ke orang lain. Bunda khawatir orang tersebut akan sakit hati. Kamu tidak mau kan sakit hati? Nah, jadi perlakukan orang lain dengan baik ya. Bisa?” Ketika anak menjawab. Kita berikan motivasi, “Bunda yakin Kamu bisa. Anak Bunda kan anak salih, anak sopan, anak hebat, kita pelan-pelan saja, nanti Bunda ingatkan kembali kalau Kakak lupa, ya.”
Baca Juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Buah Hati
Apa sih manfaat dari jeda tersebut? Jeda tersebut bermanfaat untuk kita memberikan ruang pada buah hati agar pesan yang kita sampaikan ia cerna dan menempel di dalam otaknya. Apalagi sedang relax kan? Sedang diurut atau sedang ngemil, insyaallah pesan yang tersampaikan tahan selamanya.
Pesan yang disampaikan akan masuk ke dalam otak ketika batang otak relax. Insyaallah selamanya. Berbeda ketika batang otak sedang tegang, pesan yang masuk hanya tersimpan 1×24 jam saja.
Jadi kita sebagai orang tua sangat penting mengajarkan sopan santun kepada buah hati. Selipkan nasihat ketika tenang, batas kata yang kita sampaikan hanya 25 kata per kalimat. Usahakan menasihatnya hanya tiga menit, dan selipkan pujian serta motivasi. Agar anak merasa kita masih percaya padanya meski sudah melakukan sesuatu yang buruk.
Apa yang dapat kita petik dari kisah di atas? Bahwa orang tidak menilai kepintaran kita apabila kita tak beradab. Tetapi, orang akan menilai kita dan menghargai kita apabila kita beradab.
Sebagai penutup mari kita berdoa, semoga kita senantiasa menjadi orang tua yang mampu mengajarkan dan mengutamakan adab pada buah hati. Semoga usaha kita dalam mendidik keturunan dipermudah Allah. Agar buah hati menjadi anak salih, beradab, cerdas, dan bahagia. Aamiin.
19 Comments
lksaalmunawaroh
Mengajarkan sopan santun semenjak dini diperlukan sebagai pendidikan maksimal keluarga.
Katerina
Jika adab dan akademis sama baiknya, alangkah senang hati menyaksikannya ya, mbak. Entah itu anak/keponakan sendiri, atau anak orang lain. Semua kembali ke pembiasaan yang diajarkan orang tuanya, dan orang tua kudu memberi contoh. Dan contoh itu mesti konsisten, supaya anak yakin dan percaya bahwa memang itulah yang patut dipraktekkan.
rikawidiastutialtair
Adab dan etika penting ditanamkan sejak dini ya, Mbak. Karena itu akan mempengaruhi karakter anaknya nanti. Aku pun paling suka melihat anak2 yang tata krama dan sopan santunnya baik sejak kecil. Salut sama ortunya
Dian
setuju mbak, soal sopan santun ini memang paling penting untuk diajarkan semenjak dini ya mbak
biar saat dewasa anak tumbuh dgn karakter yang baik
rikawidiastutialtair
Adab dan etika penting ditanamkan sejak dini ya, Mbak. Karena itu akan mempengaruhi karakter anaknya nanti. Aku pun paling suka melihat anak-anak yang tata krama dan sopan santunnya baik sejak kecil. Salut sama ortunya
Nara
Sepakat, adab dulu baru ilmu. Sebenarnya anak itu bisa di bilang polos, jujur. Tapi harus dibilangin juga bahwa tak selamanya kejujuran kalau diungkapkan bisa membuat orang senang. Jadi anak memang harus jujur, tapi harus lihat dulu bagaimana situasinya dan siapa yang diajak bicara.
lailadzuhria
Iya mbak.. kdg masih banyak lho, ortu kebalik, yg diutamakan akademis dl. Anak usia 3/4 th sudah diajarkan membaca menulis. Mungkin jikalau hanya pengenalan tak masalah. Tp klo sudah kita ajarkan, kasihan sj sih fitrahnya terenggut karena ketidak tahuan orang tuanya.
viandri
Benar adab lebih utama, karena dengan adab orang bisa menempatakan dirinya di mana pun berada. Apa gunanya kalau pintar tapi buat orang lain sakit hati? Pastinya tidak enak mau bertemannya juga.
Maria Soemitro
lebih tepatnya menghargai Mbak Laila
saya pernah menyimak obrolan Helmi Yahya dan Deddy Corbuzier
Helmi bilang yang terutama adalah menghargai dengan begitu otomatis akan sopan
jangan sampai ada anak yang sopan tapi gak menghargai orang lain
lailadzuhria
Nah iya mbak. Benar. Menghargai, empati, simpati pada anak ya. Kita jg perlu menanamkan empati simpati jg tuh pada anak.
Annie Nugraha
Oh ini sesuatu banget. Kalau saya nemu anak seperti itu, rentetan petuah langsung keluar. Terutama untuk orang tuanya sebagai madrasah utama dari pendidikan akhlak keluarga dan anak-anak. Karena kita wajib mendahulukan adab ketimbang ilmu pengetahuan (Kepintaran). Ilmu bisa digali, dicari, dipelajari. Tapi akhlak harus dididik dan dibina sedari kecil. Apalagi kalau anak-anak sudah berakal dan mampu berpikir untuk dirinya sendiri.
Mutia Ramadhani
Anak pintar itu banyak, tapi anak sopan itu jarang. Ini true banget di zaman sekarang. Orang tua saking sibuknya, jadi pengasuhan anak kadang sesukanya. Anak lebih sering bergaul sama pengasuh, ketimbang orang tuanya. Meski demikian, itu hendaknya gak jadi alasan. Sebab banyak juga kok anak orang mampu yang sopan dan santun.
Wahid Priyono
Ulasan di atas sudah kubaca dan cukup jadi pesan untuk saya juga dalam membimbing dan mengarahkan anak-anak ke arah yang jauh lebih beradab, dan punya sopan-santun kepada siapapun itu…pembiasaan harian ortu juga penting sebagai contoh bagi putera/puteri kita di rumah maupun saat di lingkungan publik.
@nurulrahma
Jedheerr! Makasi friendly reminder-nya mba
ini berfaedah bgt utk ortu jaman now.
kadangkala ortu haus achievement/prestasi bocil2nya buat dipajang di sosmed 😛 tapi lupa dgn hal yg amat hakiki: adab, sopan santun, dll
lailadzuhria
Benerr. Cm pgn dikata ank pinter. Pdhl kt suamiku ank pinter nilainya konkrit. 1+1 hasilnya sama itu2 lg yaitu 2. Tp klo adab, nilainya beda2. Dan org lbh mengingat anak yg beradab. Krn anak pintar pun byk dmn2 bs ditemukan. Anak sopan jrg yg nemu.
Sio Nona Lita
iyap belum sekali. sopan satun pada anak penting sekali di ajarkan oleh ortu, karena akan dapat diaplikasikan juga oleh anak ketika bersosial dengan orang lain.
Ririn Wandes Melalak Cantik
Semakin sulit menemukan anak-anak yang punya sopan santun seperti anak jaman dulu. Saya sendiri sebagai guru sudah terlalu sering bertemu anak-anak dengan berbagai karakter. Memang ekstra mendidiknya agar punya sopan santun yang baik. Anak yang pintar lebih banyak daripada yang punya sopan santun.
fennibungsu
Anak santun dengan Akhlakul Karimah memang gak banyak ditemui ya kak, padahal pelajaran adab dimulai saat mereka sejak kecil itu, agar besarnya lebih beradab
Syamsiah
orang tua jaman skrg memang lebih peduli pada nilai akademis ketimbang pada akhlak anaknya
padahal nilai akademis ga menjamin seseorang akan bisa menjadi sukses
sedangkan akhlak yang baiklah yang membuat banyak orang betah bekerjasama & mungkin merekomendasikan ke orang2 sekitarnya