Share This Article
Hore!!!! Akhirnya aku bisa lihat dunia lagi bersama teman hidupku dan Traveloka. Pandemi telah perlahan pergi dari muka bumi. Dan kini saatnya lihat dunia lagi!! Masih banyak keindahan dalam Negeri yang terbentang untuk dinikmati, serta menyelami kebudayaannya untuk dijadikan sumber ilmu pengetahuan. Seperti Tana Toraja salah satunya, memiliki kebudayaan yang sangat kental, beragam objek wisata, serta kuliner yang memanjakan lidah.

Tana Toraja yang berada di Sulawesi Selatan dengan penduduk kurang lebih 270.984 jiwa dan berada di ketinggian 300-2500 meter dari atas permukaan laut.
Toraja sendiri berasal dari bahasa Bugis, To yang berarti orang dan Riaja yang disebut raja berarti, berdiam di atas gunung. Jadi, Toraja adalah, orang yang mendiami pegunungan atau dataran tinggi.
Kebudayaan
kebudayaan Tana Toraja begitu kental. Tentunya soal kematian yang begitu populer di masyarakat mana pun. Toraja menjadikan kematian sesuatu yang sakral. Sehingga banyak sekali tradisi yang digelar ketika melaksakan upacara kematian.
Tau-Tau

Tau dalam bahasa Toraja ialah orang. Sehingga, Tau-Tau ialah orang-orangan. Dalam adat istiadat Toraja, Tau-Tau adalah susunan boneka kecil atau patung yang menyerupai jenazah yang disemayamkan.
Tau-Tau ini adalah puncak dari upacara pemakaman (Rambu Solo) yang memakan waktu hingga berbulan-bulan. Penyusunan Tau-Tau pun dilihat dari kedudukan sosial jenazah tersebut di masyarakat selama hidupnya. Semakin tinggi Tau-Tau ditempatkan, maka semakin tinggi pula kedudukan sosial jenazah tersebut.
Tau-Tau dibuat pertama kali sejak abad-19. Karena, pada dahulu kala tidak ada foto. Sehingga, masyarakat Toraja sepakat membuat Tau-Tau untuk replika wajah ketika upacara Rambu Solo. Dengan tujuan sebagai penjaga makam dan pelindung keluarga yang masih hidup.
Uniknya masyarakat dahulu memahat Tau-Tau menggunakan tanduk kerbau. Sedangkan saat ini, pemahat Tau-Tau atau biasa disebut Natalis Noy sudah menggunakan alat pahat yang terbuat dari besi.
Adapun perbedaan hasil Tau-Tau ketika zaman dahulu dan sekarang. Ketika orang dahulu memahat menggunakan tanduk kerbau, hasil pahatan Tau-Tau terlihat kurang detail. Namun, saat ini hasil pahatan Tau-Tau terlihat detail. Seperti, guratan wajah, cekungan mata, hingga belahan dagu atau bibir.

Tau-Tau yang dipesan oleh keluarga, nantinya akan diletakkan di dekat makam jenazah yang tersimpan di tebing atau goa setelah Rambu Solo selesai digelar. Namun, apabila keluarga jenazah terhalang karena biaya untuk menyelenggarakan Rambu Solo, Tau-Tau dapat disimpan terlebih dahulu di suatu ruangan demi keamanan patung. Tau-Tau sendiri adalah orang-orangan atau patung yang sakral, sehingga tidak boleh disentuh oleh wisatawan.
Bagi kalangan bangsawan bahan yang digunakan untuk membuat Tau-Tau tebuat dari batang pohon nangka. Konon, kualitasnya terbilang cukup bagus dan mahal. Namun, untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah, Tau-Tau dibuat dari batang pohon randu dan bambu. Hal ini pun yang memengaruhi letak ketinggian makam dan Tau-Tau.
Festival Ma’Nene
Festival Ma’Nene membuatku terpana, festival ini adalah ritual dimana jenazah para leluhur dibangkitkan kembali dan dibersihkan dengan menggantikan pakaian yang baru. Jenazah yang sudah berusia puluhan hingga ratusan tahun dikeluarkan dari peti matinya untuk dibersihkan dan digantikan pakaian.

Mungkin akan ada pertanyaan, apakah jenzah-jenazah tersebut masih awet? Ya, tentu saja. Karena, sebelum dimakamkan, jenazah tersebut diberikan pengawet atau dibalsam. Di dalam peti pun, jenazah dipakaikan baju dan dibawakan makanan kesukaannya.
Sebelum Ma’Nene digelar, tetua adat menggelar doa untuk meminta berkah dari para leluhur. Setelah itu para keluarga membersihkan jenazah dengan kuas, lalu menjemurnya sebentar, selanjutnya jenazah digantikan pakaian. Agar jenazah dapat berdiri tegak ketika digantikan baju, maka jenazah diikat pada sebatang kayu.

Setelah pakaian terpasang, maka jenazah diletakkan kembali ke dalam peti, ditutup oleh kain, dan dimasukkan kembali ke Patane, rumah khusus penyimpanan jenazah yang berada di sekitar Londa.

Biasanya festival ini dilakukan secara bersamaan satu keluarga atau satu desa. Sehingga, acara berlangsung cukup panjang. Rangkaian Ma’Nene ditutup dengan doa bersama di rumah Tongkonan. Biasanya acara diselenggarakan setelah masa panen, setiap akhir bulan Agustus. Festival Ma’Nene pun digelar per tiga tahun sekali.
Festival Ma’Nene ini tidak hanya sekedar membersihkan jenazah dan menggantikan pakaian baru saja. Namun, festival Ma’Nene menjaga silaturahmi antara keluarga meski maut sudah memisahkan, pun memperkenalkan leluhur dengan anggota keluarga yang muda.
Passiliran
Passiliran yaitu adat istiadat untuk memakamkan jenazah anak bayi di bawah usia enam bulan. Apabila anak kecil telah berpulang, maka peti matinya akan di gantung di pinggir tebing. Namun, untuk bayi di bawah usia enam bulan yang telah berpulang, akan dimakamkan di dalam pohon Tarra.
Masyarakat Toraja memiliki keyakinan bahwa anak bayi yang telah berpulang, harus dikembalikan ke rahim ibunya. Pohon Tarra inilah yang menjadi tempat persemayaman jenazah bayi tersebut. Pohon Tarra yang memiliki diameter 80-120 Cm dan memiliki banyak getah berwarna putih seolah sebagai pengganti air susu ibu.
Jenazah bayi yang disimpan di dalam pohon Tarra dimakamkan secara sederhana tanpa pembungkus. Hal ini agar bayi merasakan sama seperti di dalam rahim ibu. Ketika prosesi pemakaman pun, sang ibu dilarang untuk melihat dan berziarah ke lubang tesebut selama satu tahun. Karena, masyarakat Toraja menganggap akan mempersulit sang ibu untuk mendapatkan keturunan di masa mendatang. Posisi penyimpanan jenazah pun diletakkan sesuai arah rumah orang tua jenazah bayi tersebut.

Pohon Tarra ini berada di Desa Kambira, Kecamatan Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Di mana Desa ini memiliki banyak sekali pohon Tarra yang tinggi menjulang dengan jarak berdekatan. Di dekat pemakaman bayi ini pun terdapat rumah adat Toraja, yaitu Tongkonan.
Terdapat suatu keunikan yang membuatku dan teman hidupku kagum ketika mengetahui hal ini. Yakni, tidak terdapat aroma busuk ketika berada di sekitar pohon Tarra. Disamping itu, lubang pohon Tarra akan menutup kembali setelah dua puluh tahun kemudian. Kagum banget, deh!
Sayangnya saat ini Passiliran sudah tidak lagi dilakukan, setelah agama mulai masuk sejak tahun 1970. Kini Kambira telah menjadi tempat objek wisata.
Bori Kalimbuang
Bori Kalimbuang didirikan sejak tahun 1617. Awalnya batu ini dibawa dari atas gunung batu oleh warga setempat, ketika akan mengadakan upacara pemakaman. Batu yang memiliki bermacam-macam ukuran ini atau yang biasa dikenal Simbuang ini memiliki nilai tersendiri di adat Toraja.
Batu yang dibawa melewati beberapa tahapan ritual, sebelum dibawa dan ditancapkan ke lokasi Rante. Rante sendiri adalah, kawasan tempat upacara Rambu Solo bagi masyarakat yang berkedudukan tinggi, Rampasan Sapurandanan.
Disekeliling menhir terdapat bangunan dari bambu dengan atap berbentuk perahu, seperti rumah adat Tongkonan. Tetapi, bangunan ini adalah Lakkian, yaitu tempat persemayaman peti jenazah ketika melaksanakan upacara Rambu Solo.

Ternyata menhir ini pun menjadi tempat persemayaman orang Toraja. Di dalamnya tidak hanya memuat satu jenazah saja, bahkan bisa memuat satu keluarga.
Objek wisata Bori Kalimbuang ini menjadi salah satu warisan dari UNESCO kategori budaya di Toraja. Jika kita menyambangi Bori Kalimbuang, maka mata kita akan disuguhkan 102 menhir megalitikum yang unik.
Londa
Tradisi ini juga yang membuatku jatuh cinta, karena menurutku sangat unik. Dimana, jenazah disemayamkan di dalam goa atau tebing. Londa berada di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara.
Londa, merupakan goa atau tebing untuk menyimpan peti mati. Di sana kita dapat melihat ratusan peti mati serta tulang belulang yang sudah berusia ratusan tahun silam.

Tahukah, Anda mengapa masyarakat Toraja tidak menguburkan jenazah di dalam tanah? Hal ini dikarenakan, masyarakat Toraja tidak ingin menyimpan atau memasukkan apapun ke dalam sumber makanan mereka.
Upacara Kematian
Di Tana Toraja terkenal dengan upacara kematian yang cukup panjang dan memakan biaya besar. Upacara kematian ini dinamakan Rambu Solo.

Rambu Solo ialah upacara kematian untuk penghormatan terakhir pada orang yang telah meninggal. Rambu Solo secara garis besar adalah sinar yang arahnya ke bawah. Dengan demikian Rambu Solo diartikan upacara kematian yang dilakukan saat matahari terbenam atau biasa disebut Auk Rampe Matampe.
Prosesi Rambu Solo ini tidak memakan biaya sedikit dan tergolong cukup lama. Hal ini karena, ada prosesi penyembelihan hewan kerbau dan babi (Ma’Tinggoro Tedang). Pemberian kerbau dan babi pada keluarga yang ditinggalkan, sebagai simbol kekeluargaan.
Pemberian hewan kerbau dan babi kepada keluarga yang ditinggalkan merupakan dua wujud, yaitu bela sungkawa (Pa’ Uwaimata) dan sebagai pengembalian atas pemberian yang dilakukan oleh keluarga pelaksana Rambu Solo di masa lalu (Tangkean Suru’).
“hewan, manusia, dan tumbuhan adalah serumpun, sesama ciptaan Tuhan. Sehingga ketika orang Toraja meninggal sebisa mungkin dipersembahkan, dihadirkan, diupayakan hewan kerbau, babi, dan Tau-tau (dari kayu)” jelas Sismay E Tulungallo, pengamat Budaya Toraja.
Prosesi Rambu Solo terbagi menjadi dua, yakni prosesi pemakaman atau Rante, yang kedua prosesi pertunjukan kesenian. Kedua hal ini dilaksanakan secara bersamaan dengan harmoni. Lama prosesi Rambu Solo ini kurang lebih tiga sampai tujuh hari.
Upacara Rambu Solo pun digelar sesuai kedudukan sosial seseorang:
- Upacara Dassili adalah upacara yang dilaksanakan oleh seseorang berkelas hamba (Tana Kua-kua) atau untuk anak yang belum memiliki gigi.
- Upacara Dipasangbongi adalah upacara untuk rakyat biasa (Tana Karurung) dan hanya memakan waktu semalam saja.
- Upacara Dibata atau Digoya Tedong adalah upacara kematian untuk bangsawan kelas menengah (Tana Bassi). Upacara ini memerlukan 8 ekor kerbau dan 50 ekor babi untuk dikurbankan.
- Upacara Rampasan Sapundanan adalah upacara kematian untuk kelas bangsawan menengah ke atas (Tana Bulaan). Biasanya upacara ini memerlukan 24 sampai 100 ekor kerbau.
Waaww kebayang nggak sih, berapa banyak biaya yang kita keluarkan ketika melaksanakan upacara Rambu Solo ini?
Prosesi Rante ini dilaksanakan di lapangan yang berada di tengah komplek rumah adat Tongkonan. Adapun prosesi Rante ini, ialah:
- Ma’Tudan Mebalung ialah proses membungkus jenazah menggunakan kain kafan oleh petugas, hal ini dinamakan To Me’balun atau To Ma’Kaya.
- Ma’Rato yaitu proses menghias peti jenazah dengan benang emas dan benang perak.
- Ma’ Papengkalo Alang ialah proses penurunan jenazah ke dalam lumbung untuk disemayamkan.
- Ma’Palao atau Ma’ Pasonglo ialah proses pengantaran jenazah dari area rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman, Lakkian.

Adapun istilah-istilah dalam Toraja saat upacara kematian, seperti:
- Duba-Duba: atap yang menyerupai rumah Tongkonan untuk menutupi keranda khas Toraja.
- Srigan: Keranda untuk membawa peti mati khas Toraja.
- Mang Bulle Patti: Prosesi pengangkatan jenazah menuju rumah pemakaman, yaitu Patane.
Wawww kebayang ya, susunan prosesi pemakaman yang begitu panjang serta biaya yang tak terbilang murah ketika ada sanak saudara yang berpulang. Takjub banget, deh!!
Kain Tenun
Siapa sih, yang tidak kenal kain tenun? Pasti semua orang kenal dong. Kain tenun adalah salah satu ciri khas kain dari Indonesia, selain batik. Kain tenun pun memiliki banyak sekali motif, warna, dan juga makna.
Kain Paramba’

Kain Paramba’, sangat identik sekali sebagai kain tenun khas Toraja. Warnanya yang mencolok mampu memikat bola mata untuk menatapnya dengan decak kagum. Tentu saja tak sedikit para wisatawan menjadikannya buah tangan.
Kain Paramba’ ini dibuat dengan perpaduan warna-warna yang mencolok. Membuat kain Paramba’ tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang panjang. Kain ini pun menggunakan alat tenun tradisional. Tekniknya pun cukup sulit, benang-benang dengan warna yang mencolok ditarik diantara bilah-bilah kayu.
Tidak hanya untuk kain saja, kain Paramba’ juga bisa dibentuk seperti kotak tisu dan tempat perhiasan. Keren, ya!
Kain Sa’dan
Nama kain ini diambil dari asal daerah pembuatannya, Desa Sa’dan, Malimbong, Tobarana, Kabupaten Toraja Utara. Kain yang cantik ini ditenun oleh para perempuan adat di Sa’dan.
Menenun menjadi kegiatan yang bertransformasi dalam perekonomian. Bahkan para wanita yang bekerja sebagai penenun mampu menghidupi keluarganya. Salah satunya seperti, membayar sekolah anak.

Motif, teknik, dan juga warna kain Sa’dan terus berkembang menyesuaikan zamannya. Dimana para penenun merasa bahwa kain Sa’dan adalah wujud ekspresi dan kebebasan seni individual.
Kain Pa’Bannang
Kain Pa’Bannang ini adalah kain khas Toraja. Terutama pada kain Pa’Borong-borong dan kain Pa’Miring. Pada kain Pa’Borong-borong terdapat ciri khas, yaitu memiliki garis di seluruh permukaan kain dengan warna yang berbeda-beda. Tetapi, untuk kain Pa’Miring terdapat garis-garis pada tepi kain.

Makna Kain Tenun
Motif kain tenun Toraja memiliki makna, yaitu sopan santun, saling berjalan bersama, saling menghargai, dan kehidupan Toraja. Pewarna yang digunakan pun menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan, seperti biji, pelepah, dan kulit.
Dahulu kain Tenun memakai dua macam serat, yaitu serat pohon nanas dan serat kapas. Namun, untuk saat ini serat nanas mulai sulit ditemukan. Pewarna pun tidak lagi memakai pewarna alami, melainkan pewarna buatan. Makna kain Tenun yang terdiri dari berbagai bahan alami, menandakan bersatunya alam dengan manusia di selembar kain.

Seiring berkembangnya zaman, kain tenun pun telah merambah pada dunia fashion. Seperti Los Angeles Fashion Week 2017 silam, perancang busana Ivan Gunawan telah mengusung kain Tenun Toraja untuk busana yang ia tampilkan.
Rumah Adat
Setiap daerah pasti memiliki rumah adat tersendiri dan memiliki bentuk serta makna yang berbeda-beda. Seperti rumah adat Toraja yaitu, Tongkonan. Tongkonan sendiri artinya duduk. Sedangkan dalam arti luas kata Tongkonan adalah tempat mendengar perintah dan petuah dalam menyelesaikan persoalan.

Sejarah Rumah Tongkonan
Dahulu rumah adat Toraja digunakan sebagai pusat pemerintahan adat dan persatuan rumpun suku Toraja. Masyarkat membedakan rumah Tongkonan ini menjadi tiga, sesuai fungsinya. Tongkonan Layuk, Tongkonan Pekamberan, dan Tongkonan Batu A’riri.
Tongkonan berfungsi sebagai pusat kekuasaan adat dan membina persatuan suku Toraja. Pemberian nama Tongkonan Layuk, Pekamberan, dan Batu A’riri ini dilakukan melalui upacara adat, yang dilaksanakan selama tiga hari dengan mempersembahkan darah hewan seperti kerbau, babi, dan ayam.
Tongkonan Layuk
Tongkonan Layuk ini digunakan sebagai pusat pemerintah dan kekuasaan suku Toraja terdahulu. Tempat ini dipakai untuk menyusun aturan-aturan sosial dan keagamaan. Tongkonan Layuk ditempati oleh ketua adat atau kepala desa.
Tongkonan Layuk ini menyimpan banyak barang ornamen seperti Kabongo (kepala kerbau) dan Simbol Katik (kepala ayam).
Tongkonan Pekamberan
Rumah adat Tongkonan Pekamberan ini memiliki banyak nama, seperti Tongkonan Keparengngesan, Kabarasan, dan Anak Patalo. Tongkonan Pekamberan berfungsi untuk tempat tinggal para bangsawan atau keluarga yang terpandang. Di dalam rumah adat ini hanya boleh dihiasi kepala kerbau dan kepala ayam.
Tongkonan Batu A’riri
Rumah Tongkonan Batu A’riri ini biasanya digunakan oleh masyarakat biasa untuk tempat tinggal. Rumah Tongkonan Batu A’riri ini ukurannya lebih kecil dibandingkan ukuran rumah Tongkonan lainnya.
Ciri Khas Rumah Adat Tongkonan
Setiap rumah adat pasti memiliki bagian-bagian yang bermakna. Sama seperti rumah adat Tongkonan yang memiliki banyak bagian dan juga arti dibalik semua ini.
- Patung Kepala Kerbau: Pada rumah Tongkonan terdapat beberapa patung kerbau. Patung kepala kerbau ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kerbau hitam, kerbau putih, dan juga kerbau bule. Tidak hanya kerbau, pada rumah Tongkonan juga terdapat patung kepala ayam dan patung naga. Hal ini bermakna bahwa pemilik rumah ialah yang dituakan.

- Bentuk Atap Menyerupai Perahu: Pada bagian atap rumah Tongkonan terdapat bentuk yang sangat berbeda dan mudah diingat, yaitu bentuk yang menyerupai perahu. Hal ini agar mengingat para leluhur kita yang menggunakan perahu untuk sampai di Pulau Sulawesi.
- Rumah Berbentuk Pohon Pipit: Rumah berbentuk pohon pipit ini adalah cikal bakal rumah adat Toraja. Rumah yang berada di atas pohon dan terbuat dari ranting kayu, lalu diletakkan di atas dahan berukuran besar, dan menggunakan atap yang terbuat dari rumput dibentuk bundar menyerupai sarang burung pipit.
- Tanduk Kerbau: Pada depan rumah Tongkonan sering kali dijumpai tanduk kerbau yang tersusun menggantung di bawah atap rumah Tongkonan. Tanduk kerbau ini melambangkan seberapa tinggi status sosial dan seberapa banyak makam yang telah dimiliki pemilik rumah Tongkonan tersebut.

- Kontruksi Tanpa Paku: Struktur rumah Tongkonan terbuat di atas kayu. Atap yang menyerupai perahu terbuat dari bambu berlapis. Begitupun dengan kontruksi rumahnya yang sengaja dirakit tanpa menggunakan paku. Bahan-bahan yang digunakan adalah bambu, daun kelapa, dan berbagai jenis kayu, seperti kayu ulin dan juga jati.
Filosofi Rumah Tongkonan
Rumah Tongkonan selalu menghadap ke arah utara. Masyarakat memercayai bahwa utara adalah arah yang suci, tempat bersemayam Puang Matua yaitu Sang Pencipta. Sehingga bagian atas rumah Tongkonan dibuatkan lubang, dengan keyakinan agar rezeki, keberkahan masuk dari Puang Matua melalui lubang tersebut.
Berdasarkan kontruksi bangunan rumah Tongkonan ini memiliki tiga nilai filosofi yang mencerminkan dunia, yaitu dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah. Bagian atas adalah atap, yang dimana orang-orang suku Toraja menggunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka. Dunia tengah adalah bagian rumah yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Sedangkan dunia bawah adalah bagian kolong atau bawah rumah yang biasa digunakan untuk menyimpan ternak.
Filosofi Warna-warni Rumah Tongkonan
Setiap rumah adat pasti memiliki maknanya tersendiri. Seperti rumah Tongkonan yang memiliki filosofi warna. Empat warna yang dipadukan bukan hanya sebagai penghias, melainkan memiliki nilai-nilai moral. Empat warna tersebut adalah, putih, kuning, merah, dan hitam.

Putih melambangkan kesucian, warna ini sama dengan warna tulang. Warna kuning, melambangkan kekuasaan dan anugerah Sang Mahakuasa. Warna merah melambangkan darah, yang artinya kehidupan. Serta warna hitam melambangkan, kegelapan dan kematian.
Alat Musik
Alat musik tradisional tentulah unik karena memiliki nilai sejarah serta bahan dasarnya. Seperti alat musik yang ada di Sulawesi Selatan, khususnya Tana Toraja. Seperti Pa’pelle dan Pa’Pompang.
Pa’pelle
Pa’pelle ini adalah alat musik khas Tana Toraja, yang terbuat dari batang padi lalu disambung-sambungkan sehingga terlihat seperti terompet. Pada umumnya anak-anak memainkannya ketika sedang menggembala.

Pa’pelle merupakan alat musik yang dimainkan saat upacara pentah bisan rumah adat (Tengkonan) seperti Ma’bua, Merok, dan Mangara.
Pa’Pompang

Pa’pompang atau Pa’bas adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu. Biasanya dimainkan secara berkelompok serta dipadukan dengan suling bambu. Semakin kecil bambu yang digunakan semakin nyaring suara yang dihasilkan. Jika semakin besar bambu yang digunakan, maka semakin rendah nada yang dihasilkan. Jika dikombinasikan akan menghasilkan alunan suara yang merdu.
Baju Adat Toraja
Baju adat Toraja ialah baju Pokko, pakaian adat yang biasa digunakan oleh wanita. Busana yang berlengan pendek ini memiliki perpaduan warna merah, putih, dan kuning. Ketiga warna inilah yang menjadi ciri khas pakaian adat Sulawesi Selatan.
Baju Pokko biasa disandingkan dengan manik-manik dibagian dada, dan dilengkapi dengan gelang, ikat pinggang, maupun ikat kepala yang disebut Kandure. Baju Pokko ini bisa dikatakan seperti baju Batik khas Sulawesi Selatan. Karena, biasa dikenakan saat acara resmi.

Bahkan setiap PNS di bagian Tana Toraja, diwajibkan mengenakan Baju Pokko setiap hari Sabtu. Tidak hanya wanitanya saja yang mengenakan pakaian adat, kaum pria pun diwajibkan memakai baju Seppa Tallung, yaitu pasangan dari baju Pokko.
Mimpiku Menjelajahi Tana Toraja
Itulah keindahan Tana Toraja yang baru saja ku kulik melalui dunia selancar. Mimpiku adalah menjelajahinya bersama teman hidupku. Karena, keindahan objek wisatanya, keunikan kulinernya, serta mengedukasi keanekaragaman budaya yang tersebar luas di dalam Negeri, kepada buah hati.
Karena menurutku, tempat yang harus kujelajahi pertama kali ketika Allah menitipkan rezeki, ialah Indonesia. Masih banyak keindahan wisata yang tersebar luas di dalam Negeri ini untuk kita singgahi.
Objek Wisata
Seperti yang sudah kutuliskan sedikit di atas, begitu banyak keanekaragaman budaya yang menjadi objek wisata di Tana Toraja. Sehingga aku ingin sekali menikmatinya langsung bersama teman hidupku. Keunikan Londa, Tau-tau, dan keindahan kain tenun serta rumah adat Tongkonan yang tak kalah menarik untuk dijelajahi.
Jika aku memiliki kesempatan untuk menjelajahi Tana Toraja, ingin sekali menyambangi objek wisata kain tenun di Desa Sa’dan, rumah adat Tongkonan di Kete Kesu, tebing persemayaman para leluhur di Londa, dan masih banyak lagi. Ingin sekali mendapatkan ilmu dari Tana Toraja, meski hanya seujung jari.
Kuliner
Tidak hanya keindahan budaya dan adat istiadatnya saja. Tana Toraja juga memiliki kenikmatan yang tak tertandingkan untuk lidah. Kuliner khas Tana Toraja pun tak sembarang dalam memproses masak-memasaknya. Ada yang diolah menggunakan bambu, ada juga yang memakai kompor kayu, dan masih banyak lagi.
Pa’piong
Pa’piong ini adalah makanan khas Toraja berbahan dasar ayam. Manuk dalam bahasa Toraja, ialah ayam. Makanan ini adalah makanan yang selalu diminati oleh para wisatawan.
Cara mengolah Pa’piong pun cukup istimewa, karena menggunakan daun miana dan batang bambu. Pa’piong ini dipercaya dapat menyembuhkan luka, obat batuk, hingga memperlancar ASI. Batang pisang yang terdapat di dalam Pa’piong ini dapat menyembuhkan kolesterol.

Pa’piong pun bisa diolah menggunakan daging sapi, babi, hingga ikan. Cita rasa Pa’piong yang pedas dan gurih bisa membuat tubuh bersemangat.
Deppa Tori

Kalau di Jawa ada kue cucur, di Toraja juga ada. Tetapi bedanya dari bentuk dan taburan wijen di atasnya. Namanya, kue Deppa Tori. Kuliner satu ini terbuat dari tepung beras dan gula merah.
Cara membuat kue satu ini dengan cara mencampurkan gula merah dengan tepung beras, lalu diuleni, sambil menaburkan wijen, dan dipotong. Setelah itu potongan adonan tadi digoreng agar terasa renyah ketika disantap. Dahulu, kue Deppa Tori biasa disajikan pada saat acara adat istiadat atau pernikahan.
Kapurung
Kuliner khas Toraja ini berbahan dasar ikan, sayur, dan sagu. Sayurannya terdiri dari kacang panjang, kangkung, jantung pisang, dan labu merah. Selain itu ikan yang biasa digunakan adalah ikan teri goreng, ikan bandeng, serta tambahan sagu.

Proses memasaknya yang harus melewati beberapa tahapan, membuatku jadi penasaran. Seperti memasukkan semua sayuran dan merebusnya hingga masak, menggoreng cabai, bawang merah dan putih, serta tomat, lalu menghaluskannya. Setelah itu mencampurkan sayuran yang sudah dimasak tadi, barulah kita mengolah sagu dan menggabungkan ikan yang telah digoreng beserta sayuran yang sudah matang tadi. Kapurung pun siap di santap.
Ah… rasanya ingin turut berproses dalam mengolah kuliner satu ini. Kebayang deh rasa gurih, pedas perpaduan dari ikan dan sambal. Ditambah kenyalnya sagu yang membuat kita semakin nikmat menyantapnya.
Edukasi
Aku dan teman hidupku selalu berprinsip ketika berpergian harus ada yang kita dapatkan. Bukan sekedar buah tangan melainkan, ilmu. Ya, aku dan teman hidupku suka sekali berwisata edukasi. Terutama untuk buah hati kami.
Kami ingin menanamkan kepada buah hati kami untuk cinta tanah air dan memahami kebudayaan-kebudayaan yang terbentang di dalam Negeri ini. Karena, kami beranggapan, di dalam Negeri ini masih banyak sekali wisata yang indah dan bisa kita lestarikan. Seperti kebudayaan yang telah kutulis di atas.
Karena, disetiap daerah pasti memiliki keunikannya masing-masing. Hal itulah yang akan kami perkenalkan kepada buah hati agar kelak mereka mampu mengangkat keindahan budaya dalam Negeri.
My Wishlist with Traveloka
Setelah menjelajah keindahan Tana Toraja, tentulah tidak tanggung-tanggung, aku mencari penginapan di daerah Tana Toraja. Tentunya berselancar di Applikasi Traveloka. Karena, satu-satunya Applikasi booking hotel murah, terpercaya, dan mudah digunakan.
Traveloka sendiri berdiri sejak sepuluh tahun silam. Tiga pendirinya yaitu, Bapak Ferry Unardi, Drianto Kusuma, dan Albert Zhang. Dengan visi menjadikan traveling lebih mudah dan menyenangkan melalui teknologi, menjadi biro perjalanan terbaik di Indonesia, dan berkontribusi dalam pariwisata dan perjalanan Indonesia. Untuk misinya ialah selalu menghadirkan produk-produk terbaik, memberikan kenyaman dan kemudahan bagi pelanggan, selalu meningkatkan SDM serta infrastruktur, menjalin dan meningkatkan kerja sama dengan semua mitra usaha baik domestik dan intrenational.

Lihat deh, beragam kota yang tersedia di Applikasi Traveloka, beserta aneka produk yang ditawarkan memudahkan kita untuk bertransaksi. Tidak hanya wisata, tetapi di Traveloka juga sudah ada layanan kirim barang, asuransi, bahkan menabung emas, lho.
Banyak sekali produk yang dilahirkan oleh Traveloka dan menurutku Traveloka mampu berinovasi sesuai perkembangan zamannya. Keren!!!!
Kamu juga harus pakai Traveloka hotel tentunya di Applikasi Traveloka, ya. Karena sangat mudah digunakannya. Aku dan teman hidupku sangat mengandalkan Traveloka untuk booking hotel murah.
Alhamdulillahnya penginapan yang ingin ku singgahi saat menjelajah ke Tana Toraja nanti, tersedia di Applikasi Traveloka. Ada tiga penginapan yang ingin kusinggahi diantaranya, The Santai Toraja, Luta Resort Toraja, dan Toraja Misiliana Hotel.
Luta Resort Toraja

Luta Resort Toraja suatu penginapan yang murah menurutku dan teman hidupku. Disamping itu kesan bagi para tamu tidak mengecewakan. Ditambah bangunan yang menyerupai rumah Tongkonan membuatku ingin bermalam di Luta Resort Toraja.
Toraja Misiliana Hotel
Toraja Misiliana Hotel adalah salah satu hotel yang bersertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) sertifikat CHSE ini adalah sertifikat yang diberikan pada dunia pariwisata. Hotel ini memiliki kamar yang luas serta beberapa fasilitas, seperti kolam renang, lapangan tenis, loby yang nyaman, serta pemandangan yang memanjakan bola mata. Rasanya harus banget nih, aku bermalam di Toraja Misiliana Hotel bersama teman hidupku.

Ditambah jarak antara Toraja Misiliana Hotel menuju objek wisata kebudayaan Kete Kesu dan lain sebagainya juga tidak terlampau jauh. Sehingga, aku dan teman hidupku merasa sangat cocok untuk bermalam di sini.
The Santai Toraja

Pertama kali mataku melihat The Santai Toraja ini, aku langsung bergumam dalam hati, “tempat ini sejuk nan nyaman“. Pasti penat dari kesibukan Ibu Kota akan terempas ketika menikmati pemandangan yang indah sambil dijamah oleh angin yang sejuk. Hemmm rasanya tak tertandingkan. Disamping itu The Santai Toraja, terkesan penginapan milenial.
Yuk #LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi’ dengan Traveloka!
Cuss buruan berlibur dengan Traveloka!
#Traveloka #BookingHotelMurah #LihatDuniaLagi #TemanHidup
67 Comments
Sepeda Avand
Semangat nulisnya bu
Laila Dzuhria
Semangat… hehehe
Evi
Istimewa banget yaa di sana orang yg meninggal .. bagian itu aku bacanya bersemangat hehee
Laila Dzuhria
Iya benar suatu penghormatan terakhir untuk sanak saudara yg telah berpulang.
Funny
Waah keren sih, cuman sy ga yakin berani nontonnya. ๐
Raysa Lestianti
Menarik bu!
Laila Dzuhria
Alhamdulillah
Haryadi Yansyah | Omnduut
Saking terpesonanya dengan rumah tradisional yang ada di Tana Toraja aku sampe bikin sketsanya berdasarkan foto dari temen blogger lain (eh arsipnya masih ada di sini https://twitter.com/Omnduut/status/1319909252266217474). Tentu saja saat bikin itu sambil berharap satu saat nanti bisa ngeliat langsung dan bertemu dengan penduduk lokalnya.
Ini tulisannya komplet banget! dan kebayang banyaknya kemudahan kalau bisa ke Tana Toraja dengan memanfaatkan fasilitas yang ditawarkan oleh Traveloka, ya!
Laila Dzuhria
Iya benar Om. Udah gitu make traveloka bisa booking hotel murah pula. Lengkap ya pakai traveloka. Mudah dan murah!
Julia Pasca
Dulu agak merinding melihat mayat yang diawetkan, gak cuma satu tapi buanyak, pikiranku dulu itu tempat pasti berhantu, hmmmmm
Sekarang jadi tahu kalau itu adalah budaya disana ya, kak. Melongo juga sih total kalau ada orang yang meninggal, kerbaunya buanyaaak yang digunakan. Satu kerbau anggap 30 juta, itu dikalikan 100, wadidaw. Gak kaleng-kaleng euy
Anyway, Semoga bisa terwujud ya kak menjelajah disana, ditunggu fotoยฒnya, eaaaa
Laila Dzuhria
Iya mbak. Itu benar2 merogoh kocek yg dalam pastinya. Masyaallah ya suatu penghormatan terakhir kali bagi org yg tlh berpulang saat itu.
Aamiin. Siap tar tak tulis klo terwujud mimpiku.
Annie Nugraha
Saya baru sekali ke Tana Toraja. Tahun 2000 sekitar bulan September (kalau gak salah inget). Terbang ke Makassar lalu disambung jalur darat ke Tana Toraja selama 8 jam. Naik mobil travel (Hiace) yang nyaman banget.
Sampe disana langsung terkesan. Begitu masuk Makale, langsung terlihat salib kayu besar dan beberapa Tongkonan yang tidak berpenghuni. Rejekinya sehari setelah sampai itu ada upacara Rambu Solo. Jadilah ikut berebutan tempat untuk menyaksikan event seharga milyaran ini. Dan itu jadi pengalaman yang tak terlupakan. Sayangnya di jaman itu belum jadi blogger, belum menulis dan belum aktif di dunia photography. Kalau dah nulis, pasti tak tulis panjang kali lebar itu hahahaha.
Ah, jadi pengen balik lagi ke Tana Toraja (Tator). Sekarang pasti sudah banyak perubahan. Terutama wisata yang ramah bagi muslim. Dulu susah nyari makanan halal. Sekarang pasti sudah jauh berbeda.
Laila Dzuhria
Semoga mimpiku terkabul ya Mbak.. agar bisa melihat rambu solo jg, melihat rumah Tongkonan, dll. Pasti bakal takjub sm tradisinya yg kental itu. Ayo Mbak ke Tana Toraja lg.
Ira Hamid
Gak hanya alamnya, Tana Toraja memiliki banyak hal menarik yang membuat kita harus berkunjung ke sana. Ahh jadi ingat saat kuliah dulu, saya diajakin tetangga kost ke Toraja, namun karena belum izin ke ortu akhirnya saya batal ikutan, hiks
Laila Dzuhria
Iya indah banget ya Mbak. Yah syg dong batal menjelajahi Toraja. Gpp next time sm keluarga ya mbak bisa ke sana. Aamiin.
Mpo Ratne
Enak nih ke tana toraja. Semoga ada waktu, uang dan kesehatan buat mampir kesana ke kampung halaman datuk (kakek)
Laila Dzuhria
Aamiin Mpok.. semoga ada rezekinya biar bisa bersilaturahmi.
Maria G
Waaaa….ini mah mimpiku juga
Salah satu destinasi yang masuk list saya untuk dikunjungi after pandemi dan after tabungan mencukupi
Eits lupa, bisa pakai Traveloka Paylater kan ya?
Hayuk ah, belanja kain tenun yang cantik-cantik ^^
Laila Dzuhria
Bisa dong… iya bener bgt aku pengen ke sana krn ingin belajar soal tradisinya yg mengagumkan.. hayuk Ambu wujudkan mimli kita. Smg tercapai. Aamiin.
lendyagassi
Terpukau dengan adat Tana Toraja.
Dari mulai pemakaman hingga kuliner dan kain tenunnya yang indah.
Melihat berbagai adat di Tana Toraja, waktu melhat orang terkasih saat prosesi Festival MaโNene, apa gak nangis lagi yaa..?
Kaya teringat lagi dengan kenangan bersamanya..
Semoga adat Tana Toraja tetap terjaga dan menjadi kekayaan budaya yang dilindungi.
Laila Dzuhria
Mungkin akan ada beberapa yg menangis lg ya mbak.
Aamiin.
YSalma
Banyak banget yang dapat dilihat dan dikunjungi di tana Toraja ya, mulai dari tradisi, rumah adat, kuliner, hingga kerajinan tenun dan manik-manik.
Semoga juga diberi kesempatan melihat semua keindahan yang diulas dalam artikel ini, kudu nyari-nyari tiket di Traveloka dulu biar dapat harga ramah kantong.
Laila Dzuhria
Iya mbak byk bgt yg didapat dr Tana Toraja. Keindahan alam, kebudayaan, kuliner dll. Iya dong harus pakai Traveloka biar bisa booking hotel murah, dan tiket pesawat juga murah.
Nanik Nara
Saya pernah lihat liputan di TV tentang MaโNene ini mbak, Setelah itu punya keinginan untuk suatu saat bisa ke sana.
Membaca ulasan di sini yang sangat lengkap, jadi makin penasaran pengen lihat langsung.
Urusan transportasi dan akomodasinya, biar gampang emang serahkan aja sama ahlinya ya, traveloka
Laila Dzuhria
Iya mbak aku jg penasaran bgt. Semoga saja mimpiku ini terkabul untuk pergi ke Tana Toraja. Aamiin ya allah. Km jg ya Mbak.
Iya pasti dong pakai Traveloka. Aku sampai sudah ngelist penginapannya. Hehehe
Ida Wahyuni
Saya pribadi sangat kagum dengan keberagaman budaya dan adat dari tanah Toraja. Dari dulu sudah terkenal dan banyak sekali diliput di acara TV.
Salah satunya adat Tau-Tau yang menurut saya unik dan sepertinya hanya ada di Toraja ya mom?
Laila Dzuhria
Iya Mbak setahuku Tau-tau hanya ada di Toraja. Maka dr itu berbeda sekali kebudayaannya dg yg lain. Mereka menganggap kematian adalah sesuatu yg sakral dan merasa ketika terakhir kali itu harus mempersembahkan sesuatu yg berarti hingga rela mengeluarkan rupiah demi rupiah yg terbilang banyak.
Desi
banyak banget kegiatan budaya di Tana Toraja Ya Kak, sy baru tau banyak dari tulisan ini. Jalan-jalan emang udah satu obat hati buat healing apalagi klo perginya bersama teman hidup, udah deh, pasti makin seru ya
Laila Dzuhria
Iya mbak byk bgt.. aku pun kagum mbak. Nah, itu paling pentingm selalu bersama teman hidup. Heheh dan jgn lupa pakai traveloka untuk booking hotel murah.
Fenni Bungsu
Tana Toraja memang mengesankan ya kak Laila.
Ikonik bisa dikatakan ya.
Harapannya semoga tetap dilestarikan kebudayaan di Tana Toraja, dan yang berwisata ke sana juga menjaga kebersihan.
Laila Dzuhria
Yap mbak yg jd ikonik ya rambu solonya ya. Aamiin. Smg wisatawan senantiasa melestarikan keindahan tanah air kita.
Andy Hardiyanti
Semoga mimpinya terwujud yaa kak. Aamiiin. Saya pun belum pernah ke Toraja nih. 20 tahun tinggal di Makassar, kok ya gak menyempatkan diri ke sana. Huhuhu. Sekarang malah udah keburu pindah ke Lombok. Penasaran pengen ngopi sambil menikmati panorama Gunung Nona di sana, di Tana Toraja. Tentunya pengen lihat kebudayaannya juga dong~
Laila Dzuhria
Hayulah disempatkan berkunjung ke Toraja. Keren lho.
Dian
Tanah Toraja ini emang jadi bucket list banyak orang ya mbak
Tidak hanya punya keindahan alam, tapi juga beragam hasil budaya yang memukau
Semoga bisa mewujudkan impian ke tanah Toraja ya mbak
Laila Dzuhria
Aamiin ya Allah
dea merina
waakkk, Torajaaa!! ini masuk slaah satu wishlist akuuu. awalnya gegara salah satu temen kuliah yang dari Toraja cerita adat mereka dan aku jadi tertarik. terutama sama festival ma’nene ituuu. semoga next time bisa ke sana! ๐
Laila Dzuhria
kagum ya sama tradisi mereka. Sangat menghargai.
Aisyah Dian
Seru ya mbak andai bisa ke Tanah Toraja. Seneng banget pasti salah satu mimpi terindah Menjadi nyata
Laila Dzuhria
Iya mbak. Semoga menjadi nyata ya
Cahaya rizki
Klo udh dengar ttg Tana Toraja, pasti langsug ke arah nuansa horor berterbangan.
Ets… Tapi pas baca ttg Tana Toraja by bunda laila, jadi seru sekali. Ada banyak hal indah yg bikin penasaran untuk di liat, seperti bangunan2nya yg unik, kain nya, dll.. seru bgt rasanya, karena jadi sambil bayangin. Mudah-mudahan ada kesempatan bisa ke sana liat Salah satu Keindahan Indonesia.
Lanjutkan bunda menulisnya, semangat! Biar makin banyak info. ๐
Laila Dzuhria
Ahaha iya benar agak horor tp seru.. karena kita jd memahami kebudayaan setiap kota. Aamiin. Smg tercapai ya mimpiku. Semangat km jg ya..
Phai Yunita S Wijaya
Seru banget ya rupanya tana Toraja ini. Banyak adat istiadat dan kebudayaannya yang bisa di eksplorasi. Indonesia memang kaya Budaya dan tradisi. Keren banget.
Laila Dzuhria
Iya benar kak. Toraja memang indah sekali.
Laila Dzuhria
Iya mbak. Memang Toraja itu indah sekali.
Anggita R. K. Wardani
MasyaAllah semoga terkabul ya mba impiannya. Cantik banget ya kebudayaan dan pemandangan di sana
Laila Dzuhria
Aamiin ya Allah. Makasih syg.
Laila Dzuhria
Aamiin Mbak. Iya kebudayaan di sana kental banget ya. Sampai orang yg sudah berpulang saja masih dihormati. Masyaallah.
Blogger Tasik
memang paling bener sih kalau mau jalan-jalan jangan lupa cek traveloka dulu
Laila Dzuhria
Yoi bener bgt. Mudah digunakan dan murah di dapatkannya.
Regina
Seperti dibawa ke Tana Toeaha beneran Mom. ๐ฅฐ
Laila Dzuhria
Aaa ahahha iya ya Mbak. Ada yg bilang lengkap isinya.
Tanti Amelia
Baca tulisan mbak Lai ini bahagia campur senang karena kayak digabrukin informasi menyenangkan untuk healing!
Makasiiiih mbak Lai, semoga menang ya dan bisa jalan jalan sama mas Amin – Omar dan Tsabit yaaaa
Laila Dzuhria
Aamiin Mbak.. terima kasih banyak doanya.
Cherrie
Hmmm pasti seru yaa..apalagi bawa anak-anak ke Tana Toraja, membayangkan wajah-wajah mereka yang kepo & bersemangat ketemu hal baru & menarik..pasti akan menjadi liburan yang tak terlupakan.
Laila Dzuhria
Iya sekaligus mengedukasi anak2 agar cinta budaya.
Yama
Tulisan yang lengkap tentang Toraja, semoga bisa menjadi referensi kita semua. Taveloka memang memudahkan kita untuk beli tiket dan liburan hehehe
Laila Dzuhria
Betul sekali traveloka sangat mudah digunakan.
Visya
Mbaak aku baru tau nama rumah adat itu Tongkonan. Budeku waktu nikah sama oakdekuku yang asli Toraja pakai merchandise nikahnya rumah Tongkonan hehe. Banyak yang baru aku tahu soal Tana Toraja lewat postingan ini. Termasuk detail Rambu Solo. Selama ini cuma tau sekilas aja.
Laila Dzuhria
Iya Mbak. Ternyata tidak semua masyarakat Toraja yg berpulang hrs berkurban kerbau. Ada kalangan2 tertentu ya mbak.
Lis
Masya Allah keren mbak lanjutkan ya๐๐
Lis
Jadi pengen jalan jalan kesana ya hehhe
Laila Dzuhria
Iya mbak..
Santi Dewi
Pengen nyobain kulinernya ๐ Kain tenun Tana Toraja tuh bagus ya… Gak heran kalau designer Indonesia tertarik untuk membuat pakaian dari kain tenun ini
Laila Dzuhria
Iya mbak. Yg jelas Indonesia kaya akan kebudayaan dan krindahan wisata alam. Untuk menginap, untuk kita berkunjung bermain, atau sejedar mencicipi kuliner daerah, tp jgn lupa pakai traveloka untuk booking hotel murah.
Anne
Sungguh luar biasa Indah alam Indonesia beserta Budayanya. Terima kasih atas informasi dan penjelasan yg sangat lengkap dan jelas mengenai budaya Indonesia, khususnya Toraja. Dari hanya segelintir pengetahuan ttg Toraja yg saya tau, skg semakin banyak ilmu Budaya yg didapat atas ceritamu Aya.. Terima ksh atas waktumu utk mengulasnya dan terima ksh Traveloka atas informasi penginapan murahnya…. Traveling ya Traveloka ๐๐๐๐
ainun
Toraja jadi wishlist aku, budaya dan adat istiadatnya bikin penasaran.
apalagi kalau bisa melihat langsung prosesi adat.
Laila Dzuhria
benar sekali kebudayaan Toraja indah sekali.