Share This Article
Assalamualaikum parent.. apa kabar semuanya? Bagaimana dengan buah hati? Sehat? Bahagia? Ceria? Semoga berbahagia selalu, ya. Kali ini aku mau bahas Cerdas Emosi pada Anak.
Apakah Cerdas Emosi?
Cerdas emosi dikaitkan dengan EPA. EPA adalah singkatan dari Emosi Pikir Aksi. Mengelola reaksi dari emosi yang kita rasakan. Hal tersebut penting dikembangkan pada anak. Bagaimana anak dapat berpikir atas emosinya sebelum menentukan aksi yang ia putuskan.
Baca Juga: Adab pada Anak
Cara Mengolah Emosi
Cara mengolah emosi pada anak, tentu melalui contoh. Berikan contoh kepada anak dan ajarilah cara menyampaikan emosi yang baik. Dimulai dari ibu yang senantiasa di rumah bersama keturunan, ibu memberikan contoh bagaimana ketika sang ibu emosi-kesal, marah, sedih, senang.
Sang ibu dapat menyampaikan kepada keturunannya bahwa ia sedang marah tanpa nada tinggi dan teriakan. Serta sampaikan alasan kemarahan tersebut. Misalnya ketika anak memainkan air kamar mandi yang di siram keluar, sehingga ruang tengah menjadi basah. Sampaikan pada buah hati, perasaan kita “Astagfirullah Nak.. masa airnya dibuang ke luar. Lihat nih jadi banjirkan? Manda tidak suka lho, kakak seperti ini. Manda marah kakak seperti ini.”
Mungkin anak masih tidak mengindahkan ucapan kita, bisa kita arahkan, “Kakak boleh main air, tetapi dibuang ke closet saja, ya.”
Di sini kita sampaikan perasaan kita, tetap mengizinkan ia bermain air, tetapi dengan mengarahkan tempat yang baik dan aman.
Jika kita sudah menjadi contoh. Tidak ada salahnya kita juga memberi tahu cara emosi pikir aksi pada anak.
Misal, ketika anak sedang marah, berikan arahan setelah anak tenang, “Kakak, boleh marah. Tapi, tidak perlu banting barang, ya. Coba deh kalau Kakak banting mainannya, jadinya gimana?” Tunggu hingga anak merespon atau menjawab. Di sini kita melatih anak berpikir apa yang akan dihasilkan dari perbuatannya.
Jelaskan kembali, “iya jadi rusak kan mainannya? Sayang kan? Nah jadi sebaiknya kalau kamu marah, coba mewarnai, menggunting, atau menggambar, ya. Terserah kamu, asalkan tidak banting barang dan tidak menyakiti diri sendiri serta orang lain. Kamu juga bisa bilang ke Manda atau Abi perasaan kamu, ya.”
Hal ini tidak mudah kita sampaikan, perlu waktu berkali-kali dan melihat contoh.
Sejak anak masih kecil pun bisa kita arahkan dan sampaikan pesan ini kepadanya berkali-kali. Ingat! Tidak ada yang instan. Perubahan terjadi karena konsisten kita.
Insyaallah anak dapat mencontoh kita dan memahami pernyataan kita. Insyaallah anak dapat mempraktikkannya.
Contoh Kasus
Seperti kejadian waktu itu. Ketika si sulung pulang mengaji dan tiba-tiba ia mengambil gunting lalu menggunting sedotan yang siang tadi kita mainkan.
Dengan wajah cemberut sambil menggunting sedotan, ditengah keasikannya ia mengutarakan perasaannya kepadaku. Dia bercerita kekesalannya ketika di Musala, “Kakak sebal deh Nda, sedih, kesal,” jelasnya. “Sebal sama teman?” tanyaku. “Iya, sama Ani. Masa, tadi Ani gak ngebolehin aku main. Katanya aku cowok mainnya nggak boleh sama cewek. Terus sandal aku juga nggak boleh ditaro di tempat anak cewek, harus terpisah,” jelas sulungku.
Lalu aku menerima perasaannya, “ya Allah nyebelin banget ya Kak si Ani. Kakak pasti sedih, nggak ditemanin. Tapi, kan memang si Ani begitu kata orang-orang, suka ngatur,” ucapku. Ditengah keheningan aku bertanya pada si sulung, “lalu kenapa Kakak gunting-gunting?” Dan ia menjawab, “karena aku sebal, jadi aku gunting-gunting saja,” jawabnya.
Pelajaran
Pelajaran dari kasus di atas adalah,
1. Ia sudah bisa mencari tempat ternyaman untuk meluapkan emosinya.
2. Ia sudah mampu menyalurkan perasaannya melalui apa yang ia suka tanpa harus marah, membanting barang, dan lain sebagainya.
3. Ia sudah berpikir apa yang harus ia lakukan ketika ia kesal. Tidak menyerang temannya, tidak menangis, dan tidak langsung pulang. Tetapi, ia tunggu hingga waktu mengaji selesai barulah ia meluapkan semua di rumah.
Aku pun suka memberikan pilihan ketika ia sedang tidak enak hati, antara menangis agar lega, berteriak, atau melakukan hal yang ia sukai.
Meskipun ia laki-laki tapi buat kami menangis adalah hal wajar, menangis adalah luapan emosinya.
Kapan Memberikan Nasihat?
Pasti diantara kita sudah tergesa-gesa ingin memberikan nasihat ketika buah hati memiliki masalah. Sabar… tahan… tarik napas… 😉
Ketika aku merasa si kakak sudah tenang, sekitar 30 menit atau malam hari menjelang tidur, barulah aku memberikan nasihat, “Kak, tadi kan si Ani tidak mau berteman dengan Kakak. Kakak tidak usah sedih, cari saja teman yang lain, nanti juga Ani akan butuh kamu suatu saat nanti.” Jeda.. hingga anak mengangguk/merespon.
Beri lagi nasihat, “kalau nanti Kakak mau main sama teman, tidak apa Kakak tanya dulu, ‘teman aku boleh ikut main nggak?’ insyaallah teman-teman nanti akan mengizinkan dan mengajak Kakak main.” Ini nasihat versiku.
Tetapi, ketika si kakak cerita kepada Abinya, versi menasihatinya berbeda lagi, “kalau Kakak nggak boleh meletakkan sandal di dekat teman-teman, Kakak letakkan saja sandal di tempat biasa Abi dan Kakak ke musala, dekat lapangan. Jadi teman-teman tidak ada yang tahu sandal kamu ada di mana, ya kan?” jelas Abi, sambil melatih logika si kakak. Kakak pun mengiyakan arahan si Abi.
Dan keesokannya Omar mengikuti arahan aku dan suami. Sepulangnya ia dari mengaji, aku tanya, “bagaimana kak, apakah teman-teman ada yang isang?” “Nggak” jawabnya. “Terus hari ini senang tidak?” tanyaku. “Senang Nda,” jawabnya.
Alhamdulillah akhirnya Omar dapat solusi dari masalahnya. Dan memang tiap kali Omar pulang mengaji, yang kutanyakan bukan kegiatannya di TPQ, tetapi suasana hatinya dan sikap teman-temannya.
Terkadang banyak orang tua lupa menanyakan hal tersebut. Melainkan, akademis, nilai, pr, dan sebagainya yang ditanyakan. Ia lupa ada hati keturunannya yang lebih penting untuk ditanya, diperhatikan, dan dibesarkan. Bukan nilai yang dibesarkan.
Jadi, marilah kita menjadi contoh EPA bagi anak. Menyalurkan emosi dengan hal baik, menyampaikan dengan nada rendah. Karena, kecerdasan emosi harus dibentuk sedini mungkin. Kecerdasan emosi adalah kunci kebahagiaan dan kesuksesan seseorang.
Semoga bermanfaat. Terima kasih telah membaca cara mengola cerdas emosi pada anak. Semoga kita semua mampu menjadi tauladan bagi anak-anak kita, ya. Aamiin.
26 Comments
ameliatanti
Yaa Allaah, alhamdulillah bersyukur banget si abang Omar ini,
dapat Bunda yang sangat sangaaaat peduli – care dan empati, itu lebih Omar butuhkan pastinya
semangat ya abang Omar
lailadzuhria
Alhamdulillah y mbak. Padahal dl aku galak banget lho. Tp terus belajar untuk memiliki pengasuhan yang tepat. Semangat tante…
omnduut
PR banget ini buat calon orang tua kayak aku (eerr ntah kapan tapi) untuk memahami perihal EPA pada anak ini. Contoh kasusnya kayak gak dibolehin main bareng itu ngena banget buatku mencernanya. Termasuk saat si sulung melampiaskan emosinya/kekesalannya dengan cara-cara tertentu. Bagus banget.
lailadzuhria
Akan ada waktu yang tepat Om.. semoga disegerakan. Aamiin.
omnduut
Amin amin ya Rabbal alamin.
lksaalmunawaroh
Mengolah emosi penting buat keluarga utamanya anak
Nurul Sufitri
Suka gemezz yach kalau lihat anak-anak ‘ribut’ beginian hahaha tapi lucu juga sih. Kalau si A lagi main sama si B, belum tentu si C boleh ikut. Takut mengganggu kwkwkwkwkkwkw 😀 Apalagi kalau urusan pinjam mainan dan lain2 duuuh sebagai ibu kadang ikuta keder juga sih, namun mesti sabar aja dan nasehatin dengan kata2 yang halus dan adem.
lailadzuhria
Iya mbak. Belum lg kalau hasut hasutan. Misal, jangan main sm si A tau, si A kan bla bla bla. Ya rabb. Itu anak baru umur 4/5 th udh begitu. Gimana gedenya???? Ya memang kudu sabar2 kita nasihatinnya ya.
bloggergunung
Duhh bener juga ya. Saya sering ngalamin begini mengahadapi anak, tapi kadang ga tahu harus gimana mencari jalan keluarnya
Emosi anak kadang meledak, tapi saya sendiri justru belum bisa memanage emosi saya sendiri
Terimakasih banyak ini bahasannya…
lailadzuhria
Sama-sama mbakk
Maria Soemitro
Alhamdulilah anak-anak punya bunda yang paham EPA
masih banyak lho orang tua yang memutus komunikasi dengan anak
ketika anak berulah, malah dimarahi atau ditakut-takuti
bisa ditebak akhirnya anak makin ngeyel 😀 😀
lailadzuhria
Bener mbakk
Sani
Sedih kl liat oeang tua marahin anaknya. Bahkan sampai memukul.
Semoga para orang tua diberikan kesabaran dalam mendidik anak anaknya. Amin
annienugraha
Menjadi contoh dan membangun komunikasi yang baik dan berkualitas. 2 kunci yang penting banget dalam pendidikan dan mendidik anak. Saya setuju banget dengan poin-poin penting tersebut di atas. Terutama kewajiban memberikan contoh bukan hanya sekedar melarang atau memberikan perintah.
Artikelnya bagus banget Laila. Sarat makna.
Dian
ah terima kasih sudah menulis ini mbak
aku jadi semakin paham bagaimana agar bisa cerdas mengola emosi pada anak
Mutia Ramadhani
Tulisannya bagus mba. Ini terjadi pada adikku juga. Dia pas masih kecil sempat ikut tes IQ dan EQ. IQ-nya tinggi, di atas rata-rata, tapi EQ-nya aduuuuh rendah banget. Dan memang itu terlihat sampai dia dewasa dan sekarang usia 30. Emosinya itu gak stabil meski kerjaannya bagus dan gaji juga bagus.
Rhoshandha
iya mbak, jadi kalau mau ngomel2 atau negur itu langsung dikasih solusi
soalnya si kecil biasanya nggak tahu harus apa, solusinya apa
jadi kita langsung ngasih solusi atau arahan biar tepat sasaran
Wahid Priyono
Intinya saat kita sedang marah atau menegur anak juga harus mengkonfirmasi ya kak alasan mengapa kita marah tersebut, supaya jelas dan tidak merasa tersinggung anak yang dimarahi. Thanks infonya…
Ririn Wandes Melalak Cantik
Ibu adalah pemberi contoh terbaik pastinya di rumah ya,Mba. Sering sih saya menemukan anak-anak yang mudah emosi apalagi ketika kemauan tidak dituruti. Tentu EPA ini tadi yang harus dikembangkan dan anak-anak dilatih secara tepat oleh ibunya ya.
lailadzuhria
Betull
fennibungsu
Dari orang dewasa di rumah aja dulu ya berikan teladannya, agar patut ditiru
@nurulrahma
Mbaakkk, Berkaahh selalu buatmu dan keluarga, yaaa
Asik nih, ibu2 muda (maupun yg udah senior) kudu sering main ke blog ini.
Nambah wawasan banget!!
lailadzuhria
Aamiin. Doa yg sama untukmu..
Ratna Kirana
Semangat terus yaaa mendidik anak dengan baik, semoga aku juga nyusul dapat keturunan hehe, penting banget ya kecerdasan emosi saat ini!
ndiievania
penting banget sih ya mba untuk nahan komen di awal anak mengutarakan perasaan. dan iya nasehat itu masuknya kalau kita kasih di menit2 mau tidur yaa. sounding diulang2 jg bagus. makasih pengingatnya ya mbaa
Siti Nurjanah
Untuk mengajarkan penguasaan emosi pada anak, orang tua terlebih dahulu perlu menjadi teladan untuk mencontohkan kecerdasan emosi karena Seorang anak adalah peniru yang paling ulung itu sebab orang tua harus menjadi teladan yang baik