Share This Article
Hallo parent, apa kabarnya? Semoga sehat selalu, ya. Siapa yang sudah memiliki buah hati lebih dari satu, nih? Pasti merasakan ya perbedaan-perbedaan karakter antara si kakak dengan si adik. Tentunya berbeda juga pengasuhan yang parent terapkan.
Selama ini Omar sudah menggaung berkali-kali dalam blogku. Kali ini aku akan membahas si kecil, Tsabit. Anak yang aktif, teguh pendirian, santai, dan jenaka. Tentu dong pengasuhan yang kami berikan kepada Omar kakaknya, berbeda dengan Tsabit. Omar itu mudah diarahkan, cara penyaluran emosinya juga sudah baik. Namun, bagaimana dengan Tsabit?
Tsabit ini anak yang aktif sekali, dia mampu berlari ke sana ke mari, memanjat tubuh kita, murah senyum, teguh pendirian. Tetapi, orang suka bilang Tsabit itu cuek, jadi ketika ada yang menggodanya, dia akan santai saja tidak mempedulikannya.
Dia menjalani apa yang ia rasa nyaman, seperti misalnya pakaian, terkadang ia mengambil pakaiannya sendiri dari almari dan memakainya warna celana hijau bajunya biru. Meskipun kita sudah menyampaikan warna tersebut berbeda (bukan setelannya) tetapi ia tak peduli, intinya “aku nyaman jadi itu yang kupakai”.
Jangankan pakaian, sandal saja kiri dan kanan berbeda ia tetap memakainya. Kita tahu, ia paham jika itu berbeda, karena ketika ia memasukkan kakinya, pasti wajahnya tersenyum sambil melihat ke wajah kita. Kebayang kan betapa isengnya itu anak, heheheh.
Setiap anak ada yang memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk Tsabit yang santai, jenaka, cerdik itulah kelebihannya. Namun, disisi lain kami masih memiliki segudang PR yaitu menahan tantrumnya, menyalurkan energinya, serta mengajak ia untuk bertanggungjawab.
Awalnya ketika Tsabit menumpahkan air atau mengompol ketika masa toilet training, ia bersikuku tidak ingin membersihkannya, melainkan menangis ingin diperhatikan dan ingin dibantu. Saat ini menginjak usia tiga tahun, perlahan namun pasti kami sudah berhasil membantu ia untuk bertanggungjawab. Minimal satu dari PR kami sudah teratasi.
Baca Juga: Pengaruh Stunting Terhadap Perkembangan Otak Anak
Mengajarkan Anak untuk Bertanggungjawab
Sabar
Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa sabar adalah kunci keberhasilan dalam segala upaya apa pun. Sejak usianya satu tahun lebih, kami senantiasa mengajarinya untuk membantu, minimal mengelap apa yang tumpah, sesimple itu. Awalnya kami terus menjadi tauladannya, untuk menjadi contoh ketika ada yang tumpah, maka ambillah elap untuk mengelapnya. Satu dua tahun berlalu, ia masih saja menangis ketika dimintai tolong. Pada akhirnya kami merasa sudah waktunya kami untuk tega, ketika ia beranjak tiga tahun.
Alhamdulillah Allah Mahabaik, telah mengabulkan doa-doa kami. Pasti dong kita orang tua senantiasa mendoakan buah hatinya, disamping berusaha. Dan yakinlah bahwa Allah Mahabaik, akan mengubah semuanya.
Tega
Ya, melalui cara tega inilah kami berhasil untuk menjadikan Tsabit mau bertanggungjawab atas dirinya. Ketika ia menangis terus menerus, dan kekeh tidak ingin mengelap ompol atau air yang ia tumpahkan, kami pun tidak turut membantunya.
Kami pun meminta tolong padanya untuk membantu Manda, Abi, dan Kakak untuk mengelap apa yang sudah ia tumpahkan. Kami arahkan caranya, seperti, “Tsabit bisa tolong ambil kain lap ya Nak di depan, setelah itu Tsabit tolong lap air ini ya, yuk pintar yuk.” Atau ketika ia masih tidak mau, bisa kita jelaskan sebab akibat, “air ini siapa yang tumpahin? Tsabit kan? Ya sudah ayo tanggungjawab yuk, adik lap yuk.”
Konsisten
Konsisten adalah kunci keberhasilan dalam pengasuhan. Ketika kita tidak konsiten maka hasil pun tidak akan tampak. Maka dari itu kami senantiasa konsisten untuk meminta tolong Tsabit mengelap ompol atau air yang ia tumpahkan.
Bagaimana jika anak tetap tidak mau disaat tertentu? Tidak apa kita bisa menyampaikan “hanya kali ini saja ya, Manda bantu, tetapi selanjutnya adik yang harus mengelap.” Ketika keesokannya, maka tetaplah pada ucapan kita tadi, hanya sekali itu saja kita membantu, selebihnya biarkan anak mengelap air yang tumpah.
Baca Juga: Ragam Kecerdasan Anak
Bagaimana jika anak menangis pijar tidak ingin mengelap? Jangan jadikan tangisan anak sebagai senjatanya. Ketika kita luluh dengan tangisannya, maka keesokannya ia akan menangis lagi dan lagi agar kita membantunya. Biarkan ia menangis, tunggu hingga moodnya reda, barulah sampaikan lagi kesepakatan kita, adik mengelap apa yang ia tumpahkan.
Insyaallah ketika kita berihtiar, kita konsisten, diiringi doa. Insyaallah akan berhasil. Hal ini tidak hanya persoalan mengelap air atau ompol. Tetapi, berhasil untuk Tsabit merapikan mainan, mandi sendiri, makan sendiri. Meski terkadang ada masanya ia ingin dispesialkan. Tetapi, itu bisa terhitung jari. Bahkan ketika Manda menyiangi sayur, Tsabit akan menawarkan bantuan dengan sendiri.
Mengatasi Tantrum
Peluk
Ketika Tsabit menangis karena keinginannya tidak diinginkan, seperti bermain game di handphone. Maka yang kami berikan adalah pelukan. Tapi, jangan salah, apakah ia langsung menerima? Tentu tidak. Kita yang ingin memeluk mendapatkan tendangan dan pukulan darinya. Rasanya gemessssshhh.
Tapi, ketika kaki kecil itu melayang, kita segera pegang dan sampaikan “adik, kaki untuk berjalan.” Ucapkan hal tersebut berkali-kali begitu pun dengan tangannya. Ketika ia mereda, maka sampaikan bahwa kita tidak suka ketika dipukul dan ditendang. Tawarkan pelukan padanya, jika ia masih tidak mau maka biarkan ia sendiri terlebih dahulu.
Jika dirasa sudah kondusif, maka bisa kita jelaskan mengapa kita tidak memberikannya handphone, “Maaf ya Manda sudah membuat Tsabit sedih. Manda tidak mau mata Tsabit sakit karena main handphone terus. Kita baca buku saja yuk, mau? Buku yang mana?” Alihkan dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat, berikanlah pilihan kepadanya.
Validasi Emosi
Emosi tidak hanya soal marah dan sedih. Tetapi, bahagia, takut, cemas, termasuk emosi. Ketika Tsabit sedang senang, seperti dia loncat-loncatan di kasur, kami tebak perasaannya, “Tsabit lagi senang ya?” Senang karena mau pergi? Makanya Tsabit loncat-loncatan di kasur?”
Atau bisa ketika Tsabit sedang marah karena tidak dituruti keinginannya, “Tsabit kesal banget ya Nak? Marah karena tidak boleh main handphone? Sebal sekali ya Nak?” Apabila kita memvalidasi perasaannya, insyaallah anak jadi tahu apa nama emosi yang ia rasakan. Seperti, marah, kesal, senang, dan sebagainya.
Turunkan Nada Suara
Tidak hanya bernyanyi saja yang memakai nada suara. Tetapi, komunikasi dalam ilmu pengasuhan juga memakai nada suara. Ya, seperti contohnya, kami baru saja pulang dari wisata air terjun, Tsabit masih mengantuk karena tidur di motornya kurang puas, tetapi sudah sampai rumah, alhasil dia menangis.
Abi langsung menggendong dan menebak perasaannya, “Tsabit masih ngantuk? Tsabit capek?” Nada yang Abi keluarkan begitu rendah sekali. Tetapi, apakah Tsabit luluh? Dan langsung diam? Tentu tidak dong.. Heheheh.
Pada akhirnya kami biarkan Tsabit menangis mengeluarkan emosinya. Tetapi, kami masih ada di dekatnya. Tidak ada nasihat yang kami sampaikan, karena melihat tangisannya begitu dalam. Rasanya ia sangat kesal karena tidurnya yang belum cukup.
Kenapa kami tidak membujuknya? Karena, ketika emosi seseorang sedang bermasalah, maka percuma jika kita berikan nasihat, nasihat kita tidak akan didengar. Lebih baik kita biarkan ia mengeluarkan emosinya terlebih dahulu, jika dirasa sudah tenang barulah berikan nasihat 30 menit kemudian.
Menyalurkan Energi Anak
Tsabit termasuk anak yang aktif, banyak energi. Seperti suka memukul, menendang, berlarian, lompat-lompatan, memanjat, dan masih banyak lagi. Maka, kami mengarahkan ia untuk menggambar, mewarnai, melempar bola, atau menendang bola.
Anak-anak yang aktif tidak bisa diam, bahkan dicap nakal oleh sebagian orang, bukanlah anak negatif. Tetapi, ia adalah anak yang memiliki banyak energi, kaya imajinasi. Tinggal kitalah orang tuanya harus cerdas menyalurkan energi tersebut, mengarahkan untuk hal baik.
Baca Juga: Tips Memilih Sekolah
Karena, anak yang banyak energi seperti Tsabit, tidak cukup untuk disampaikan tidak boleh, atau sekedar ditahan. Tetapi, energi tersebut harus dikeluarkan dengan cara yang aman. Tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain. Ketika kita tahan energi dan imajinasinya, takut anak tersebut tidak berkembang lagi imajinasinya. Maka, kita harus banyak akal untuk mengembangkan imajinasi dan energinya.
Tugas pengasuhan bukan dibebankan kepada satu parent saja, entah ayah atau ibu saja. Tetapi, pengasuhan adalah tugas bersama. Semoga kami mampu menjawab PR-PR kami yang masih banyak ini. Kami mampu bersinergi demi malaikat-malaikat kecil kami. Aamiin.
Doakan ya parent.. Peluk hangat untuk smart parent di yang telah membaca. Sehat selalu.
35 Comments
amaterasublog
Ulasan artikel yg sangat bermanfaat sekali untuk para orang tua terutama bagi saya yg baru memiliki 1 anak balita. Tetimakasih sudah mengulas tips parenting terutama yg mengatasi tantrum, akan saya coba peraktekkan tipsnya, dan semoga berhasil 🙏
Laila Dzuhria
Aamiin..
dea merina
bagian paling sulit adalah tega. aku sama mama sering banget ribut perkara adek (yang masih kelas 5 sd) terlalu dimanjain sama mama. hadeeehh, dahlah cap kakak jahat menempel banget di aku. padahal niatku baik hehe
tapi yaudahlah mungkin ntar kalo udah gede dia bakal paham
Laila Dzuhria
Aduhh ini dia nih parenting jaman dahulu dn skg berbeda. Insyaallah km nanti jd parenting milenial ya yg bs memutus mata rantai parenting jaman old.. yg apa2 dimanja dn segala macam.
Kabrina Rian
Ya ampun, aku suka banget baca-baca tips parenting kaya gini, Kak. Bakal bermanfaat banget sih kelak kalau udah punya anak. Ditunggu tips parenting lainnya, ya.
Laila Dzuhria
Thx kak Kabrina..
Andri Marza Akhda
Untuk mengajarkan anak bertanggung jawab memang tidaklah mudah, sebagai orang tua, harus lebih dulu mencontohkan. Mungkin untuk praktiknya nanti akan lebih sulit, terutama bagi saya yang masih amat muda 😀
Wahid Priyono
Berat juga memang menjadi orang tua. Perlu menjadi contoh baik bagi anak2nya. Makasih ya kak artikelnya sangat berguna untuk dibaca.
Laila Dzuhria
Sama2 mas.
Eddy Mulyono
Memang setiap anak itu unik, dan memiliki cirikhasnya masing masing. Dan cara mendidiknya disesuaikan dgn karakter maaing-masing. Saya memiliki 3 anak yg unik2 dan pola pengasuhan juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.
postinganeddy.web.id
Ikfi Nursyifa
Saya senyum-senyum sendiri bacanya. Makasih ulasannya, Kak. Sangat bermanfaat. Semoga ya bisa nyusul punya buah hati juga ^^ nanti mau balik lagi ke sini buat baca-baca tips parenting yang lain hihi
Laila Dzuhria
Siap say..
Rendi Riansyah
bisa diterapkan juga sama adikku yang masih kecil nih hehe
Lintang
Sama mba, saya juga melatih tanggung jawab dengan memberinya kesempatan menyelesaikan kebutuhan pribadinya. Seperti membereskan tempat tidur, mengembalikan handuk setelah mandi, bahkan mencuci celananya sendiri kalau ngompol. Bisa menjadi contoh pula buat adek-adeknya.
Laila Dzuhria
Waa bagus banget nih say…
Nurul Fitri Fatkhani
Orang tua memang harus punya ilmu yang cukup sebagai bekal untuk mengasuh anaknya ya. Setiap anak memiliki karakter masing-masing dan cara mengasuhnya pun pastinya berbeda.
Anggita R. K. Wardani
MasyaAllah mba, Tsabit ini style anakku banget. Kadang sering banget pengen nangis gara2 tingkahnya luar biasa
Jihan
MasyaAllah bener banget mba. Cuman kadang kalau anakku tantrum, akunya ikutan tantrum eh kalau lg capek wkwkw PR bangett
Laila Dzuhria
Nahan emosi saat capek tuh susah banget emang mbak.. pengen nangis rasanya. Tp jgn jdkn hal ini wajar ya. Klo sudah tenang segeralah minta maaf dn peluk si anak ya.
Pradyta Febriana
Bener banget mbak setuju, tiap anak istimewa dan ada kelebihan dan bakat yg berbeda beda. tipsnya juga keren banget mbak agar parenting jadi lebih maksimal
Mohammad Rizal
Masya Allah, semoga selalu memotivasi yang lain. Memang penting sekali untuk mengajarkan tanggung jawab untuk anak, harus dimulai sejak dini.
Amanda
Belum punya ank sih tp tips.y bermanfaat banget apalgi buay adik dy yg minta ampun bandel.y
Haryadi Yansyah | Omnduut
Dalam satu waktu, emang harus tega. Aku setuju. Dulu aku dididik lumayan keras sama ortu. Tindakan kurang ajar misalnya, big no banget. Tapi aku ngerasa hasil didikannya sekarang dan berkaca ke beberapa sepupu yang anaknya terlalu dimanjakan sehingga kadang lepas kontrol dan sikap mereka ke orang lain (apalagi yang ke lebih tua) juga kadang susah diterima nalar 🙂
Yanti ani
Wahh kalau orang tua sudah menerapkan ilmu parenting yang tepat pada anak sejak dini, biasanya anak bakal tumbuh jadi pribadi yang baik 🙂 salut sama cara mbak mengajar anaknya bertanggung jawab!
Laila Dzuhria
Aamiin Mbak.
Tian lustiana
Harus banyak sabar ya ajarkan anak untuk bertanggung jawab, meski kadang saya suka lupa menurunkan volume suara, hehe
Laila Dzuhria
Nah iya hal ini yang sulit. Tp jika pelan2 kota terapkan insyaallah bisa mbak. Kalau pas lagi kelepasan jangan lupa minta maaf ke anak ya.
Maria G
aduh untung anak2 saya gak ada yang tantrum
kalo gak bakal bingung deh, maklum di keluarga saya banyak “orangtua” 😀
Laila Dzuhria
Wah alhamdulillah banget Ambu.
Titis Ayuningsih
Mendidik anak memang harus dilatih sejak dini ya mbak, biar bisa menjadi anak yang mandiri. Tega, memang harus tega dalam arti positif, bertujuan untuk mendidik anak ke lebih baik.
Dennise Sihombing
Saya jadi ingat saat mengajarkan Rachel & Glory untuk bertanggungjawab ketika masih kecil.Sama mom, aku mengajarkan mereka ada sabarnya dan ada teganya.Walaupun dilubuk hati terdalam gak tega juga,tetapi kalau tidak ada warna Tega-nya tidak bisa bertanggungjawab dan mandiri
Laila Dzuhria
Benar banget Mbak Dennise.
Sendy Yunika
sabar itu memang kunci utama ya, mb. karena mengelolanya pun butuh usaha, jadi menurutku ini paling susah hehe..
Ira Hamid
Dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menghadapi anak tantrum yaa. Orang tua harus “tega” agar anaknya nanti gak manja
Chet
I just could not leave your web site before suggesting that I extremely
loved the usual info a person supply for your visitors?
Is gonna be back often in order to check up on new posts