Share This Article
Halo Bund, apa kabar semua? Sehat dan bahagia? Semoga selalu sehat dan bahagia, ya bun. Oh, ya bun, pernah nggak sih, mengalami masa sulit dalam kehidupan? Pasti setiap orang pernah mengalami masa sulit, ya. Tetapi, cara melewatinya pun berbeda setiap orang. Ada yang berujung ikhlas dan legowo, ada juga yang membiarkan, cuek tetapi masih memiliki luka di hati.
Aku juga pernah bun, tahun 2020 silam mengalami masa sulit. Ketika semua orang menjauhkan diriku, mengucilkanku, meremehkanku, bahkan aku sempat dilabrak. Hal tersebut adalah masa sulit bagiku. Apakah aku mampu melewatinya? Bisa, tetapi harus bertahun-tahun.
Mengurai Emosi
Validasi
Ada yang pernah mendengar kata validasi emosi? Validasi ialah mengakui perasaan yang sedang dirasakan. Seperti, “Iya aku marah, aku sebal, aku sedih. Karena aku dilabrak, aku dijauhkan orang-orang.” Hal tersebut yang aku gunakan selama bertahun-tahun, kurang lebih dua tahun aku memvalidasi perasaanku. Sehingga aku mengajak diriku untuk fokus pada hal-hal lebih penting lagi, seperti menulis.
Ya, menulis adalah salah satu terapi pelepasan emosi yang baik. Sehingga, kisahku dapat kujadikan sebuah buku tentang motivasi, dengan judul “Kamu Bukan Sampah tetapi Khalifah”
Aku pun fokus pada potensi yang kumiliki. Selalu menguatkan diriku untuk lebih fokus pada kebahagiaan diriku, sehingga tidak lagi aku peduli apa yang orang-orang sampaikan. Aku tidak lagi menjadi orang yang mereka inginkan. Sehingga aku mampu menjadi diri sendiri, memberdayakan diri, seperti kata Coach Ayu Komang Trysnawati, Concelar Life and Wellness Coach dalam seminar Rahasia Temukan Potensi Diri untuk Berkreasi di Masa Sulit, pada Minggu, 27 Maret 2022 lalu.

Pada seminar yang diadakan kurang lebih tiga jam, Coach Komang Ayu menyatakan bahwa ketika kita sedang memiliki emosi, alangkah baiknya kita mampu memvalidasi, menenangkan diri, dan menyadari apa yang sedang kita rasakan. Karena, hal tersebut dapat membuat kita berani mengungkapkan perasaan serta ide kita, kepada orang lain.
Menenangkan Diri
Tidak hanya memvalidasi emosi. Tetapi, kita juga perlu tenang ketika dilanda emosi. Emosi adalah sesuatu yang bergerak keluar dari dalam tubuh. Sehingga, kita dapat menjadi marah, kesal, sedih, dan bahagia pada kondisi-kondisi tertentu.
Baca Juga: Kekuasaan Allah
Tarik Napas
Tarik napas ketika sedang marah, tentu semua orang sudah tahu. Tetapi, belum tentu semua mengetahui teknik pernapasan yang sebaiknya dilakukan. Seperti yang dibimbing oleh Coach Komang Ayu yaitu, tekni 4-7-8. Apa itu?
Jadi, ketika kita sedang marah, kesal, sedih, ada baiknya kita menarik napas selama 4 detik dari hidung, lalu tahan di bagian perut selama 7 detik, setelah itu embuskan 8 detik melalui mulut secara perlahan. Hemm.. rasanya sangat tenang.

Minum Air Putih
Setelah melakukan teknik tarik napas, kita perlu juga meminum air putih ketika sedang mengalami emosi. Aku jadi teringat saat aku bekerja menjadi call center ketika menghadapi karakter customer yang bermacam-macam. Aku mencoba menetralisir emosiku dengan menenggak air putih sambil ditelan secara perlahan.
Rasanya memang ada yang berubah. Emosiku perlahan mereda. Tubuhpun terasa dingin. Jika, tak percaya, coba saja. Ini bukan sembarang tips, lho. Tetapi, sudah dari ahlinya yang mengatakan, bahkan sudah banyak yang membuktikannya.
Sadari
Ketika emosi memenuhi diri, setelah memvalidasi dan menenangkan diri. Kita perlu sadari. Tanyakan pada diri, apakah ini kita? Manakah yang prioritas bagi diri kita? Apabila sudah menyadari hal itu, barulah kita dapat memutuskan apa yang selanjutnya kita lakukan.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Buah Hati
Grymlin
Ada yang mengetahui grymlin? Mungkin sebagian dari kita belum tahu, ya. Sama seperti aku, heheheh. Pada seminar yang dibawakan oleh Coach Komang Ayu, dijelaskan, Grymlin adalah suatu sistem pada otak yang memberikan kita tantangan. Otak kita memiliki tiga bagian. Yaitu, otak reptil, otak mamalia, dan neo cortex. Grymlin ini berada pada system limbyc (otak mamalia dan otak reptil) yang memberikan kita tantangan.
Biasanya, grymlin dominan dengan suara atau suatu pikiran negatif. Seperti, “memangnya kamu bisa? Sudah nggak usah dikerjakan, kamu kan nggak bisa.” Terkadang, ketika kita sudah mendengar suara atau mengetahui pikiran tersebut muncul, alhasil kita berhenti melakukan tantangan tersebut dan tetap berada di zona nyaman kita. Tetapi, ada juga yang akhirnya terpacu untuk melakukannya.
Semua itu tergantung dari mindsetnya. Skema yang diberikan oleh pengasuhan. Mungkin, ada yang selalu diberikan motivasi oleh orang tuanya, sehingga mereka menyukai tantangan dan menepis grymlin. Tapi, ada juga yang selalu dibantu, diberikan zona nyaman sehingga ketika grymlin itu muncul, akhirnya berhenti untuk tidak melanjutkan tantangan tersebut.
Tetapi, untuk melewati grymlin ini bisa kok. Dengan cara mengakui perasaan kita, keyakinan, dan bantuan dari seorang coach. Seperti Coach Komang Ayu ini mampu mendampingi para kliennya untuk keluar dari zona nyamannya, melewati grymlin ini untuk menuju neocortex.
Healing vs Me Time
Banyak sekali anak zaman now, yang memakai istilah healing untuk berjalan-jalan. Padahal sesungguhnya makna healing dan me time atau relaxasi itu berbeda. Healing adalah penguraian luka yang dipandu oleh seorang ahli, membutuhkan waktu yang panjang, serta biaya yang lebih.

Tetapi, untuk me time sendiri adalah waktu dimana kita beristirahat, memanjakan diri, refreshing, setelah itu kembali beraktifitas. Contoh aktifitas me time seperti, membaca buku, jalan-jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya.
Jadi, jangan salah menggunakan kata healing lagi, ya bun. Karena healing untuk orang-orang yang sudah memiliki suatu masalah yang menumpuk, dan butuh penguraian ke pakarnya. Kalau sekedar belanja di mall, jalan-jalan ke puncak, cukup katakan me time atau relaxasi saja.
Setiap manusia itu spesial, jangan mau disamakan dengan yang lain.
Bahkan anak kembar identik pun berbeda. Emosinya, pola pikirnya saja berbeda. Jadi, jangan menyamakan satu dengan yang lain. Karena, setiap manusia itu spesial.
Coach Komang Ayu
Kesimpulan
Ketika kita berada dititik tersulit, maka teruslah berjalan, ungkapkan perasaan kita, agar berbuah ikhlas. Ketika ikhlas, maka akan terasa ringan jalannya. Dan kita tidak pernah tahu mungkin di sinilah potensi kita ketika menemukan hal yang sulit.
Apa yang dipaparkan oleh Coach Komang Ayu, pada seminar tersebut, memang benar adanya. Aku pun pernah mengalami hal tersulit. Bertahun-tahun mengurai emosi, seperti validasi, tenang, sadari. Alhamdulillah aku merasakan ketenangan diri. Disamping itu aku selalu menguatkan diri dengan mengatakan,
Aku bertanggung jawab atas diriku dan kebahagiaanku. Aku ikhlas atas apa yang orang tidak suka padaku. Ketika segelintir mereka tidak menyukai, pertanda mereka bukan orang-orang yang sejalan denganku.
Laila Dzuhria
Ucapan itu terus aku lakukan untuk menurunkan tamengku, menguatkanku, sehingga akhirnya tahun 2022 ini aku mampu tenang keluar rumah, aku mampu bangkit. Bahkan perlahan masa sulit terlewati.
Aku diangkat menjadi pegiat parenting diperumahanku, aku mampu menyalurkan hobi menulisku menjadi pekerjaanku, mengeluarkan dua buku solo. Itulah potensi yang telah kutemukan di masa sulitku. Memberdayakan diri ketika masa sulit menghampiri, menjadikan hal negatif menjadi positif dan bermanfaat.
2 Comments
Jolp
Oh baru tahu ternyata saat marah ada teknik untuk mengatasi nyy
Laila Dzuhria
Iya dong.. ada teknik2nya agar marah kita tidak kebablasan.