Share This Article
Halo parent, Assalamualaikum. Kalian pernah tidak, sih ketika kecil saat belajar dicemooh oleh ibu kalian, dengan kata-kata “bego, tolol, nggak bisa jadi apa-apa” dengan mata terbelalak dan menendang kita. Kebayang kan sakitnya seperti apa?
Baca Juga: Bunda Sarjana Rumah Tangga
Entah karena ucapan seorang ibu, alhasil Allah mengijabahnya atau kata-kata itu sering kudengar sehingga menjadi sugesti bagiku. Entah yang mana tetapi ketika dewasa aku merasakan menjadi orang yang tidak berguna, tidak bisa menjadi apa-apa, im stupied girl. Ya, rasa itu yang kurasakan. Dan parahnya menjadi minder serta tidak dapat mengambil keputusan sendiri.
Semua yang akan kujalankan selalu diperintah oleh beliau, semua yang aku jalankan harus sesuai keinginannya. Sehingga aku merasa tidak bebas dalam bertindak. Dampak jangka panjangnya adalah aku tidak percaya diri ketika menjalankan apa yang kuinginkan. Selalu merasa salah. Serius nggak enak banget, bun.

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Buah Hati
Ketika Aku Menjadi Ibu
Motivasi
Mungkin sebagian dari kita akan memakai gaya pengasuhan yang lama. Pengasuhan yang tidak sadar tertanam di dalam diri kita. Aku pun seperti itu, berjuang melawan innerchild tersebut. Aku tidak ingin buah hatiku merasakan seperti apa yang kurasakan.
Tidak percaya diri, merasa tak berguna, minder, tidak bisa mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan mandiri. Aku tidak ingin buah hatiku seperti itu.
Lalu, ketika aku mengajari buah hatiku, terkadang tidak selamanya mulus, ada saja yang terselip entah lupa atau memang ia belum bisa. Namum, ucapan bego, bodoh itu kuganti menjadi menyemangati buah hatiku. Seperti, “ayo nak kamu bisa sayang. Kamu pintar Manda tahu itu”.
Membebaskan
Disamping aku memberikan motivasi untuknya, aku mencoba untuk membebaskan apa yang ia lakukan. Seperti ia ingin mencoba memanjat tralis jendela, ia ingin belajar memasak nasi. Semua aku biarkan, aku berikan rasa percaya untuknya. Tentunya dengan dampinganku, ya.
Bukan seperti ibuku waktu dahulu, semua serba tidak boleh, berlari-larian tidak diizinkan, bermain hujan tidak diizinkan, bermain bersama teman di luar pun tidak diizinkan.
Terbayang ya, rasanya seperti apa diriku semasa kecil? Sudah di cerca, lalu tidak dibebaskan, sehingga diri ini rasanya tak dapat berkembang.
Namun, tidak untuk buah hatiku. Aku membiarkan mereka bereksplorasi, menjelajah sebebas-bebasnya, memberikan rasa percaya “bahwa ia mampu”, dan jika aku melarangnya, aku berikan arahan mengapa ia tidak diberikan izin untuk melakukan hal tersebut.
Biarkan mereka menjalankan keingintahuannya, mengembangkan imajinasi, berkelana dalam semua hal. Agar kelak ia dapat memahami segalanya dan memiliki wawasan yang luas.
Laila Dzuhria
Ubahlah umpatan menjadi doa, karena setiap kata dari ibunda dapat terijabah.
Laila Dzuhria