Share This Article
Mungkin ungkapan tersebut agak nyelekit di hati, ya. Tetapi, sesungguhnya ungkapan tersebut untuk mengingatkan diriku sendiri, jangan menjadi orangtua serakah.
Ya, bulan Desember 2021 lalu pembagian raport Omar, anak sulungku yang tengah duduk di bangku Taman Bermain kelas B. Kali itu kepala sekolah yang memberikan nilai semester I Omar, karena wali kelasnya sedang melahir sehari sebelum pembagian raport tiba.
Kepala sekolah menjelaskan begitu bagusnya sikap Omar di sekolah, ia sering sekali berbagi kepada teman-temannya, mampu melerai temannya yang berkelahi dengan caranya (tidak memihak ke A atau B melainkan ia meminta temannya untuk mengejar dia agar teman-temannya tidak bertengkar). Disamping itu Omar anak yang berani dan digemari oleh teman-temannya terutama para wanita.

Mesekipun awalnya Bu Eha, selaku kepala sekolah PAUD LPI Dompet Dhuafa, menyampaikan hal-hal positifnya Omar, diujung perbincangan kami, beliau menyampaikan, daya tangkap Omar yang kurang, soal akademis yang masih harusku genjot lagi agar ia memeroleh nilai yang baik.
Meskipun sekolah PAUD LPI tidak begitu mengejar nilai akademis, setidaknya aku harus berusaha keras mengajari Omar membaca, menulis, dan berhitung.
Sikap Omar baik di rumah maupun di sekolah sama, gemar membantu, cerdas emosi, ia sudah mampu menyampaikan perasaannya lalu menyalurkan emosinya dengan tangis atau sekedar bicara kepadaku. Ia pun sangat dewasa mampu menjagaku dan adiknya ketika Abi sedang bekerja.

Namun, itulah manusia. Tidak pernah merasa cukup. Iya seperti aku, ibu yang tak pernah merasa cukup apa yang dimiliki Omar.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Buah Hati
Ketika mengajarinya membaca, menulis, mengaji, dan berhitung, kadang ada salah yang ia sebutkan. Entah lupa atau memang ini masih masanya ia belajar (proses). Tetapi terkadang aku suka tersulut emosi sehingga khilaf. Seharusnya aku jangan menjadi orangtua serakah.

Seharusnya aku sadar bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Harusnya aku merasa cukup dengan yang dimiliki Omar. Ia cerdas emosi, care dengan orangtua, adiknya, dan lingkungan sekitar, bertanggung jawab, rajin, dan logikanya pun sudah berjalan. Lalu aku masih merasa kurang cukup???
Seharusnya aku jangan menjadi orangtua yang serakah. Karena tidak mungkin Allah menciptakan umatnya dengan sempurna. Anak yang salih, cerdas, tampan, cantik. Tidak mungkin semua ini dimiliki seorang anak. Pasti ada satu atau dua kekurangnya. Dan kitalah harus menerima itu, merasa cukup.
Tugas orangtualah membimbing mereka, mengajarkan mereka, untuk menjadi dewasa yang hebat kelak. Dan yang paling penting harus senantiasa merasa cukup dan bersyukur atas apa yang ada di diri buah hati tercinta.
23 Comments
yogadwipa.com
jadi inget kalo kurikulum di skandinavia, memang anak2 pada usia dini tidak diajarkan materi yg terlalu akademis, tapi lebih ke nilai2 dan softskill yg dibutuhkan untuk hidup bermasyarakt
Laila Dzuhria
Betul karena modal kehidupannya kedepan ya bersosialisasi, berkomunikasi, logika. Di sana calistung pada anak2 didampingi sampai kelas brp mas? Boleh dong kita sharing ttg pendidikan di sana dn di indonesia. Krn di sini kan anak 3 th anak 5 th dah dipaksa untuk bs baca.
Parenting By Rey
Setuju banget nih, kadang saya pun merasa diri serakah mengharap anak begini begitu. Tapi biasanya saya sering tersadar kalau saya sendiripun tidak sempurna.
Kalau saya, cuman ingin anak-anak selalu merasa butuh Tuhannya, biar mereka nggak pernah jauh dari Tuhannya.
Kalau masalah akademis, nggak terlalu saya paksakan.
Berkaca dari diri sendiri, yang sejak kecil juara 1 mulu, pas gede rasanya muak ama pelajaran hahaha
Laila Dzuhria
Iya byk mbak yg anak2nya pd juara tp pas besar ternyata kayak lelah gt.
Maria G
setuju banget, jangan jadi orang serakah
apalagi sampai membanding-bandingkan dengan anak orang lain
anak2 saya sewaktu masih di Taman Bermain biasanya belum bisa baca mbak
nanti menjelang kelas 1 SD atau pertengahan tahun, saya ajak baca tulisan yang terlihat di jalan raya, di ruang publik dll
Mereka excited banget, karena gak merasa sedang belajar
Laila Dzuhria
Blh nih caranya aku pakai ambu. Mksh ambu.
Bayu Fitri
Soft skill nih penting banget ya mbak karena anak2 kedepannya ga hanya haruss pintar akademis tapi harus dapat menunjukkan kemampuan softskill juga seperti bersosialisasi dan membangun jaringan
Laila Dzuhria
Betul syg.. cerdas kelola emosi mampu bercakap dg baik.
Siti Nurjanah
Setiap anak itu istimewa ya mba, memiliki keunggulan dan kecerdasan dibidangnya masing-masing
Dan sebagai orang tua harus bijak mengarahkan
Suka sekali liat Omar yg rajin bantu orang tua, semoga Kelak jadi kebanggaan bagi keluarga
Laila Dzuhria
Aamiin mbak. Tks doanya. Begitu pun anak2mu ya.
Dian Restu Agustina
Terima kasih sudah diingatkan untuk tidak menjadi orangtua yang serakah…Benar adanya jika harusnya kita senantiasa merasa cukup dan bersyukur atas apa yang ada di diri buah hati tercinta. Bukan malah terus merasa kuraang ini, itu..sehingga membebani anak dengan apa yang kita mau.
Btw, anak sulungku dulu TK di Amerika dan enggak diajarkan calistung secara langsung. Sekolah dari jam 8.30 sampai 14.30. Banyakan gambar, baca cerita, olahraga, bikin prakarya…dan ada tidur siang. Auto pusing waktu adiknya TK di Indonesia, mesti calistung saat TK..hiks
Laila Dzuhria
Nah iya benar. Tk di Indonesia bahkan PG malahan udh belajar calistung mak.. masyaallah bgt.
Ira Hamid
Iya nih yaa, kadang sebagai orang tua kita terlalu banyak meuntut pada anak-anak kita padahal mereka sudah menunjukkan prestasi.
Terimakasih sudah menuliskan in, Mba. Jadi pengingat buat saya untuk sellau bersyukur
Laila Dzuhria
Iya mbak. Aku jg kdg suka nginget2 kebaikan anak setiap hr nya agar tidak berpusat pd kekurangannya.
Dian
Benar sekali mbak
Semua anak punya kelebihannya masing masing
Tugas sebagai orang tua adalah memfasilitasi anak agar tumbuh dengan baik sesuai potensinya
Annie Nugraha
Manusia mana sih yang sempurna. Setiap dari kita, seberapapun umur kita, apapun profesi kita, semua tidak ada yang sama. Bahkan untuk jap jempol sekalipun. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah berdamai dengan kelebihan dan kekurangan itu.
Waktu anak sulungku masih TK dan SD, banyak banget orang tua yang mengkursuskan anak di mapel yang kurang. Aku malah sebaliknya. Yang dikursuskan itu adalah mapel yang dia sangat kuasai. Alhamdulillah dengan konsentrasi seperti ini, anakku sudah bisa memutuskan akan terjun di bidang apa saat dia masih SMP. Karena dia tahu persis kelebihannya.
Sementara di mapel yang kurang, ya udah, yang penting lewat angka kelulusan minimal aja. Gitu aja. Kita dan anak jadi bisa melalui hari-hari dengan bahagia tanpa beban.
Laila Dzuhria
Benerŕ bgt mbak Annie. Kdg klo kita maksa malah jd bertengkar mulu. Sedih lho capek lho… nah ini yg akan kuterapkan. Les in anak2 d bidang yg mereka kuasai.
Dennise Sihombing
Nah betul itu bu jadi orangtua jangan serakah. Tanteku punya 4 anak, 3 anaknya sukses semua dalam pendidikan berhasil nembus kampus negeri. Sementara Dolan anak ke 3 ini, sekolah tidak tamat. SMP 5 tahun SMA sepertinya tidak tamat. Dolan tidak bandel sih cuma memang males sekolah. Sekarang dia kerja sebagai driver di perusahaan batubara Kalimantan. Berbeda banget dengan kakak-kakaknya yang sukses.
Ya namanya dalam 1 keluarga ada saja yang tidak sama ya nasibnya
FenniBungsu
Semangat terus belajarnya dede Omar sebagai persiapan masuk SD berarti ya, karena sudah memiliki bekal soft skillnya. Untuk nilai akademis, bisa mengikuti perlahan
Laila Dzuhria
Bener mbak Fen. Kepseknya Omar blg gt klo karakter ternentuk nanti akadrmis mengikuti.
Ice Cream
Auto kesindir ini buat orang tua yang selalu membanggakan anak lain, dan selalu membanding bandingkan dengan anak sendiri …
Annisa Tang
Betul banget Mbak, kita nggak bisa menjadikan anak sepenuhnya yang kita mau, jadi hargai kecerdasan yang memang sepenuhnya miliknya, jangan paksakan kehendak kita.
Laila Dzuhria
Betttuuulll