Share This Article
Ketika anak tantrum, menginginkan sesuatu tetapi tak dapat menyampaikan. Diakhiri dengan amukan. Pasti kita para orang tua akan bingung mengatasinya, akan kesal, jengkel, bahkan turut emosi.
Sabar, sabar, sabar!
Coba kita tengok ke dalam diri kita dahulu, apakah pernah kita membantu menamai perasaannya? Menebak perasaannya? Apakah pernah kita membantu menyalurkan emosinya? Apakah pernah kita berlaku seperti buah hati? Menyelesaikan masalah dengan kekerasan pula.
Coba deh mulai sekarang, baca gerak tubuh anak kita, misal: anak wajahnya sedih, kesal, sebal, senang. Kita tebak seperti ini, “kamu sedang sedih ya? Lagi marah ya? Kesal banget ya? Atau masyaallah anak bunda sepertinya lagi senang nih.”
Terkadang kita malah suka lupa untuk menamai perasaannya. Lihat tidak banyak orang tua ketika anaknya jatuh misalnya, langsung diberikan motivasi, “nggak apa kuat kok, jagoan, gak apa lecet doang.”
Padahal si anak lagi sedih sekali karena sakit yang ia rasakan. Lalu kita harus bagaimana? Ya, baca perasaannya, “sakit ya Nak? Ya Allah kasihan. Mana yang sakit? Kita obati ya sayang.”
Apa sih gunanya kita menebak dan menamai perasannya? Agar ia tahu nama emosi yang sedang ia rasakan.
Salurkan emosinya, ketika anak sedang kesal misalnya, kita bantu salurkan perasaannya. “Kamu boleh marah, tapi tidak lempar barang, kita tuang di kertas ini boleh? Kita mewarnai saja yuk.” Atau saat anak marah, ya kita langsung bawa buku, pura-pura mewarnai gambar kesukaannya, nanti anak akan teralihkan dari emosinya.
Kita orang tua pasti pernah kesal, tapi berusahalah hindari kekerasan, entah laungan, cubitan, pukulan, dan sebagainya. Cobalah menyendiri terlebih dahulu, izin untuk pergi ke kamar karena kita butuh menenangkan diri. Misalnya “kak, bunda izin ke kamar dulu ya, bunda lagi kesal, mau sendiri dulu.”
Oke, nanti anak akan paham, dan ketika kita sudah sendiri, berpikirlah sebab akibat dari emosi kita. Ketika sudah tenang barulah keluar kamar, ajaklah anak membahas masalah ini. Misalnya kita jengkel karena anak belum bisa mengaji atau belajar lainnya, coba ajak ngobrol di mana letak kesulitannya? Apa yang bisa kita bantu.
Cobalah ketika anak sedang sulit mengeluarkan perasaannya, merengek. Sampaikan padanya, “adik mau apa? Bilang yang jelas tanpa merengek.” Ajak anak bicara, “bunda, aku mau minum.” Beri contoh agar anak mengikuti.
Awalnya memang terasa sulit untuk mencoba hal di atas, tapi ketika kita terbiasa, rasanya mudah kok. Dan insyaallah anak akan mampu menangani emosinya, menyampaikan perasaannya, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya.
21 Comments
frida bunda
kesabaran orang tua itu memang di uji ketika si kecil tantrum…widiiihh apalagi kalo didepan umum…wkwkkw sabar gak sabar gak…hahahaha…harus sabarrr…tips ngajak ngobrol seperti mba kasih bisa juga nih diterapkan…..tq mba infonya
viandri
Biar besarnya itu gak memendam rasa juga. Parenting sekarang itu udah gak tabu lagi kalau mengutarakan berbagai rasa untuk anak. Jadi anak bisa menerima semua rasa dan tahu cara menghadapinya. Kalau besar nanti tidak menjadi permasalahan yang berkepanjangan.
@nurulrahma
mbaaa, aku sukaaa bgt dgn semua insight yg tersampaika melalui artikel2 di blog ini.
keep sharing ya mbaaa
lailadzuhria
Iya sayang… terima kasih ya..
Maria Soemitro
emang harus dibiasakan ya?
dan orangtua harus siap dan sabar mendengarkan
Kalau ingat dulu sering kesel ke anak, rasanya menyesal sekali 😀 😀
Dhenok Hastuti
sungguh ya, menjadi orang tua itu berat. tugasnya bukan hanya mendidik sebagai bagian dari keluarga tapi juga bagian masyarakat. aku sepertinya tak sanggup di posisi itu 🙂
lailadzuhria
Pasti sanggup kok. Semangat syg..
Shovya
Tulisan ini sangat bagus dan bermanfaat bagi para orang tua maupun calon orang tua agar bisa mengontrol kesabaran dan mencoba memahami anak. Jika hal seperti ini ga diajarkan, kemungkinan saat dia dewasa nanti juga akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan perasaannya.
lksaalmunawaroh
Bagus literasi parenting dan pengasuhan anak seperti ini untuk dipraktikkan di lingkungan terdekat utamanya keluarga
annienugraha
Menjadi orang tua itu pelajaran seumur hidup. Di setiap masa dan usia anak, selalu ada hal-hal baru yang musti kita kuasai. Tantrum mungkin baru langkah awal. Dari titik ini kita diajarkan bagaimana membangun komunikasi yang baik dan berkualitas dengan anak sedari mereka kecil. Berat? banget. Tapi mudah-mudahan kalau sudah melewati masa ini kita siap menghadapi episode pengajaran saat anak-anak masuk usia remaja.
EmmaMalika
Iya Saya juga kadang kesel klo anak minta sesuatu dengan nangis² Kita nya gak ngerti pengennya dia apa Saya cukup unjukin upin ipin juga senang dan beres deh
Nara
Saat anak tantrum, dan orang tua nggak bisa ngerti apa yang sebenarnya diinginkan anak, ini bisa menguras energi dan emosi ya mbak. Mesti stok sabar yang banyak
fennibungsu
Ponakan daku juga sering mengungkapkan perasaannya, dan memang lebih baik dia menyampaikannya langsung ya kak ketimbang dipendam
lailadzuhria
Betul itu. Kyk sulungku klo marah, nangis k kamar dn blg kk sebel kk benci. Tp udah gt doang trs main lg.
lailadzuhria
Kesannya klo udh ngungkpin perasaan plong dia. Dn dia jg jd bs baca gerak tubuhku. Manda marah? Marah sm aku? Jd yg kita praktekin kebawa sm dia.
Lasmicika
Aku masih belajar mendengar apa maunya anak-anak.
Alhamdulillah mereka jarang tantrum n sering mengungkapkan isi pikiran n perasaan mereka.
Wahid Priyono
Tips di tas penting dicoba nih, sebab memang sangat penting sekali ya kak komunikasi antara ortu dengan anak, jadi biar sikap saling terbuka dan menghargai.
andyhardiyanti
Semoga kita semua bisa terus dan terus belajar menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yaa. Orangtua yang mengerti dan memahami perasaan anak-anaknya.
ameliatanti
Ga bosan bosannyaaa aku selalu bilang, “Jadi ortu itu hadiah dari Allah, dapat titipan permata yang luar biasa, jagalah dengan sepenuh hati,”
lailadzuhria
Iya Mbakk..
Sumiyati Sapriasih
semoga kita bisa terus belajar jadi orang tua yang baik, yang memahami perasaan anak ketika galau, aamiin aamiin ya robbal alamin